Provinsi Riau, yang selama beberapa periode dipimpin oleh gubernur dari Partai Golkar, kini mengalami perubahan warna politik. Pada pemilihan gubernur (Pilgub) terakhir, Abdul Wahid dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) berhasil memenangkan pertarungan sengit melawan calon-calon kuat lainnya.Â
Kemenangan ini menandai babak baru dalam kepemimpinan Riau, sekaligus menjadi bukti bahwa masyarakat Riau menginginkan perubahan. Namun, apa sebenarnya yang membuat Golkar, partai yang selama ini dominan, harus mengakui kekalahan?
Mari kita telusuri lebih dalam. Â
Persaingan Ketat di Pemilihan Gubernur Riau
Pemilihan gubernur Riau kali ini diwarnai oleh persaingan ketat antara tiga pasangan calon:
1. Syamsuar-Mawardi Saleh: Diusung oleh Partai Golkar dan PKS, Syamsuar adalah gubernur petahana di Riau.
2. Abdul Wahid-SM Haryanto: Diusung oleh Partai PKB, Nasdem dan PDIP, pasangan ini juga didukung oleh Ustaz Abdul Somad, dai kondang yang sangat berpengaruh di Riau dan nasional.
3. Muhammad Nasir-Wardan: Diusung oleh Partai Demokrat, Gerindra, PAN, Demokrat, PPP, PSI, Gelora, Perindo, PBB, Garuda, dan Partai Buruh. .
Meski Syamsuar memiliki pengalaman sebagai gubernur petahana, banyak masyarakat yang merasa tidak puas dengan kinerjanya. Beberapa isu yang mencuat antara lain pembangunan infrastruktur yang lambat, khususnya di daerah seperti Rokan Hilir, Rokan Hulu, Rengat, dan Tembilahan. Banyak jalan yang rusak dan menjadi sorotan viral di media sosial, termasuk TikTok.
Kekecewaan Masyarakat terhadap Syamsuar
Langkah politik Syamsuar di tingkat provinsi Riau dimulai pada pemilihan gubernur Riau pada 2018. Syamsuar ketika itu diusung oleh Partai Nasdem, Partai PKS, dan Partai PAN. Saat maju di pemilihan gubernur Riau 2018 perpasangan dengan Edy Natar Nasution dan menang. Syamsuar sendiri sebagai kader Partai Golkar tidak diusung oleh partainya sendiri. Berjalannya waktu, akhirnya Syamsuar kembali ke Partai Golkar lagi.
Salah satu faktor utama kekalahan Syamsuar adalah ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerjanya. Meski sudah menjabat sebagai gubernur, Syamsuar dinilai kurang serius dalam memimpin.Â
Bahkan, beliau sempat mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI Dapil 1 Riau dan terpilih, namun kemudian memutuskan untuk kembali mencalonkan diri sebagai gubernur. Langkah ini dianggap sebagai tindakan oportunis dan tidak konsisten, sehingga membuat banyak masyarakat yang kecewa.
Selain itu, janji-janji politik Syamsuar selama masa jabatannya dinilai tidak terwujud dengan baik. Komunikasi yang kurang efektif dan ketidakmampuan dalam mewujudkan program-program prioritas menjadi alasan lain mengapa masyarakat memilih untuk tidak memberinya kesempatan kedua.
Singkat saja, kesalahan Syamsuar dalam 1 periode yang lalu menjadi kekalahan bagi Partai Golkar di Riau.
Di Provinsi Riau simpatisan partai Golkar dan PKS itu tergolong banyak dibandingkan dengan partai lainnya. Namun banyaknya simpatisan tidaklah menjadi jaminan persaingan dalam politik berjalan mulus karena simpatisan bukanlah kader partai. Inilah yang perlu digarisbawahi.
Kemenangan Abdul Wahid menjadi babak baru bagi Partai PKB di Riau. Sebelumnya dalam dua dekade terakhir partai Golkar selalu menjadi pemenang pemilu dalam pemilihan gubernur Riau. Ini menunjukkan bahwa sekarang Partai Golkar bukan lagi partai yang sakti di Riau.
Abdul Wahid Mendapatkan Kemenangan yang Mulus
Abdul Wahid, yang diusung oleh PKB, Nasdem dan PDIP, berhasil memenangkan Pilgub Riau tanpa banyak perselisihan atau gugatan di Mahkamah Konstitusi (MK). Kemenangan ini tidak lepas dari dukungan Ustadz Abdul Somad, yang memiliki pengaruh besar di kalangan masyarakat Riau.Â
Pasangan ini berhasil meraih suara dengan perolehan 43,1% dari total suara sah yang ada dan terbanyak dari 3 paslon. Selain itu, SF Haryanto, wakilnya, juga merupakan tokoh yang dikenal luas karena pernah menjabat sebagai Pj Gubernur Riau dan Sekda Provinsi Riau.
Kemenangan Abdul Wahid sebagai gubernur baru di Provinsi Riau ini, diharapkan bisa membawa perubahan positif bagi Riau, terutama dalam hal pembangunan infrastruktur, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan pengelolaan sumber daya alam yang lebih efisien.
Dengan terpilihnya Abdul Wahid, masyarakat Riau berharap ada perubahan signifikan dalam kepemimpinan provinsi ini. Beberapa harapan yang muncul antara lain:
- Masyarakat berharap pembangunan jalan dan fasilitas umum lainnya bisa lebih merata, terutama di daerah-daerah yang selama ini terabaikan oleh pemerintahan diera sebelumnya. Jangan sampai ada lagi jalan rusak di Riau yang viral di Tiktok dan media sosial lainnya.
- Kepemimpinan baru diharapkan bisa lebih transparan dalam mengelola anggaran dan sumber daya alam Riau.
- Abdul Wahid diharapkan bisa lebih dekat dengan masyarakat dan mendengarkan aspirasi mereka, tidak seperti kepemimpinan sebelumnya yang dinilai kurang komunikatif.
- Komitmen pada praktik anti-korupsi karena banyak mantan gubernur Riau yang terjerat kasus korupsi.
- Pemanfaat potensi laut Riau yang strategis dekat dengan Selat Malaka.
Perubahan warna politik di Riau dari Golkar ke PKB adalah bukti bahwa masyarakat menginginkan perubahan. Kemenangan Abdul Wahid menjadi harapan baru bagi Riau untuk menjadi lebih maju dan sejahtera.Â
Namun, tantangan tidak berhenti sampai di sini. Abdul Wahid harus membuktikan bahwa mereka layak dipercaya dengan mewujudkan janji-janji politiknya.
Mari kita bersama-sama mengawal kepemimpinan baru ini, sambil berharap Riau bisa menjadi provinsi yang lebih baik di masa depan. Kami sebagai masyarakat Riau tidak peduli dengan tokoh gubernurnya, kami tidak fanatik partai, tapi kami peduli dengan program yang tawarkan dan rekam jejak pemimpinnya.
Sumber Gambar : KompasÂ
@kilau.riau Warga Riau gimana nih, dapet juara tapi di bidang jalan rusak. #riau #riauhits #syamsuar #pilkada2024 #jalanrusak #pekanbaru #masjidriau #stadionriau #dumaitiktok #fyp suara asli - Kilau Riau
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI