Selama lebih dari 30 tahun, PT Toba Pulp Lestari (TPL) telah menjadi simbol eksploitasi korporasi terhadap hutan dan masyarakat adat di kawasan Danau Toba. Izin konsesi yang luas membentang di atas wilayah tangkapan air vital, menggantikan hutan hijau dengan monokultur eukaliptusmengubah lanskap ekologis sekaligus menciptakan celah konflik sosial.
Gerakan menuntut penutupan TPL bukanlah sepatah kata tanpa dasar. Ketika banjir bandang dan tanah longsor mengancam Parapat, di saat gereja seperti HKBP menyuarakan penolakan atas eksistensi perusahaan yang dinilai lebih banyak menimbulkan mudarat ketimbang manfaat, seruan itu menggemakan bahwa eksploitasi bukan pilihan. Bukan hanya karena rusaknya alam, tetapi juga karena kehidupan masyarakat adat turut tergerus, tanah leluhur direbut, dan pelopor hak adat seperti Sorbatua Siallagan dikriminalisasi saat memperjuangkan hak atas tanahnya sendiri.
Kini muncul refleksi: pengakhiran eksploitasi bukan akhir. Ia adalah gerbang menuju pemulihan"memulai pemulihan" dalam segala bentuknya.
1. Pemulihan Lingkungan
  Bukan hanya menanam kembali pohon. Ini tentang mengembalikan fungsi ekologis, merevitalisasi tangkapan air, memperbaiki debit sungai, dan menghilangkan risiko bencana. Pemulihan hutan dari kerusakan industrial adalah pemulihan ketahanan masyarakat terhadap alam dan iklim.
2. Pemulihan Sosial dan Budaya
  Adat bukan sekadar klaim wilayah; ia adalah warisan budaya dan kehidupan. Mengembalikan hak-hak masyarakat adat adalah mengembalikan pelindung hidup mereka dari menggali tanah hingga menjaga hutan sebagai ruang spiritual.
3. Pemulihan Ekonomi Berbasis Komunitas
  Kehadiran TPL membuat banyak warga tergantung pada perusahaan. Pemulihan berarti menawarkan alternatif yang berkelanjutan: pertanian lokal, ekowisata, dan ekonomi kreatif berbasis sumber daya lokal, menjauhkan masyarakat dari ketergantungan korporasi.
4. Pemulihan Moral dan Spiritual
  Gereja dan tokoh agama menyuarakan bahwa merawat alam adalah iman hidup. Pemulihan adalah pertobatan kolektif pengakuan bahwa alam bukan produk, melainkan rekan hidup yang harus dijaga.