Mohon tunggu...
Angiola Harry
Angiola Harry Mohon Tunggu... Freelancer - Common Profile

Seorang jurnalis biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebanggaan Sang Gladiator

25 September 2017   10:56 Diperbarui: 25 September 2017   11:10 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: aussieburn.com

Untuk mereka yang sudah punya anak remaja, khususnya yang seangkatan saya (Gen X) yang pada rentang 1990-1995 menjalani masa remaja, tolong diingat lagi .. Ingat-ingat lagi deh, mengenai kenangan masa ketika jadi anak-anak : Apakah yang terindah yang bisa dicapai seorang anak? Tentunya sebuah kebahagiaan. Tapi ajarkan mereka, apa itu kebahagiaan semu dan apa itu kebahagiaan sejati?

Beberapa kawan yang sudah punya anak beranjak remaja, semoga artikel ini bermanfaat. Kasus di Bogor sudah seharusnya membuat malu Indonesia.

Jadi gladiator, apa sih penghargaan buat mereka? Coba kita lihat, mereka yang dulu pentolan gang, pentolan sekolah, tongkrongan dan sebagainya. Siapa mereka sekarang? Hidup mereka seperti apa? Tahukah bahwa 90% Kebanyakan mereka hidup terjebak di masa lalu. Ini sebab mengapa Taylor Swift merilis lagu berjudul Mean.

Di lagu itu dikatakan bahwa bicara mereka hanya sebatas, "Dulu gue jagoan, dulu gue keren, dulu gue orang yang kejam.... bla bla."

Ya, memang. Dulu loe bisa 'makan' orang. Loe mau duit, tinggal malak dia. Loe pengen sepatu keren, tinggal rampas sepatu dia, dan seterusnya. Tapi itu 25 tahun lalu bro. Sekarang kebalik, loe yang dimakan peradaban.  Umur loe udah kepala 4 tapi mental loe tetap anak 15 taun. Apakah status pentolan menolong loe sekarang? Apakah orang yang loe tindas tetap bisa ditindas sekarang? Apakah kemampuan jawara loe terpakai di dunia sekarang? Yang ada jongos forever loe.

Sementara lihat dia sekarang. Apa yang dia dapat adalah buah dari ketegaran mentalnya ketika dulu dia menghadapi manusia-manusia gladiator kayak loe. Dia sekarang sudah sukses, sudah punya penghasilan, mapan, hebat, tak butuh cerita untuk diakui, tapi memang dunia mengakui dia.

Sekarang dia bisa melindungi dirinya dan keluarganya dengan ilmu dan apa yang dia punya saat ini. Sekarang tak ada lagi cerita "Dia yang tertindas". Dia sudah jadi andalan dunia. Ini namanya kebahagiaan sejati, persembahan dunia untuk dia. Coba lihat loe sendiri. Nah kan? Loe sekarang jadi orang yang ngatur parkir mobilnya dia. Sekarang berani nggak loe malak mobilnya dia? Emang mau loe hidup di belakang kerangkeng?

Ketika anak-anak kita mulai mendapat tekanan atau penindasan, ajarkan kepada mereka bahwa mereka tidak sendiri. Ajarkan bahwa mereka juga bisa melakukan perlawanan di saat yang tepat. Ajarkan bahwa mereka tak perlu merasa pengecut ketika mereka harus mengadu kepada yang berwenang. Dan yang terpenting, kita sebagai orang tua juga harus ikut fight melawan penindasan.

Ada juga orang tua yang mengikutkan anaknya beladiri, sehingga mereka yakin bahwa anaknya bisa melindungi diri sendiri dengan kemampuan beladirinya. Tapi bukan itu yang sejatinya membuat mereka bisa 'aman' menjalani usia remaja di lingkungan maupun sekolah.

Ilmu beladiri meski pekat dipelajari, bukanlah penyebabnya. Mereka harus sadar bahwa menghadapi dunia tidak bisa sendiri. Mereka perlu ditanamkan agar membuat pertemanan sebanyak mungkin. Sehingga ketika mereka ditindas di sini, maka bisa mendatangkan bala bantuan dari sana. Sehingga di sini aman dan di sana pun mereka aman.

Ajarkan anak Anda bahwa 1.000 teman belumlah cukup, tapi satu musuh lebih dari cukup membuat hidup susah. Dan ajang gladiator bukanlah lambang solidaritas apalagi mencari teman. Banyak teman, banyak yang menolong.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun