Mohon tunggu...
Angiola Harry
Angiola Harry Mohon Tunggu... Freelancer - Common Profile

Seorang jurnalis biasa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mengelola Gen Y, Gen X, dan Baby Boomers di Perusahaan

16 Agustus 2015   11:19 Diperbarui: 4 April 2017   17:27 8520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu lebih jauh lagi, Puspita menjelaskan bahwa ada empat tipe engagement karyawan. Pertama tipe karyawan efektif, yakni mereka yang memiliki skill tinggi dibarengi semangat dan kesetiaan yang tinggi. Kedua, karyawan detached, yakni mereka yang berkemampuan (skill) tinggi, namun semangat dan loyalitasnya loyo.

Ketiga adalah kebalikan dari detached yakni karyawan frustasi, yang memiliki semangat dan kesetiaan cukup tinggi namun skill mereka rendah. Dan yang terakhir ialah tipe karyawan tak efektif, dengan semangat kerja, kesetiaan, serta kemampuan yang rendah. Tipe terakhir atau yang keempat, inilah yang disebut karyawan benalu.

Perusahaan, tak bisa menghindari terdapatnya klasifikasi tipe karyawan tersebut. Namun perusahaan yang prima adalah yang 95 persen karyawannya bertipe efektif, dan sisanya hanya karyawan detached. "Itu pun dengan manajemen yang tetap terus mendorong peningkatan jumlah efektifitas karyawan. Lantas adakah perusahaan seperti itu di Indonesia? Tentu ada."

Puspita lalu memaparkan, dari tiga negara terkemuka di Asia Tenggara, yang memiliki perusahaan dengan nilai survey engagement setingkat world class company adalah Singapura.

Negara yang 90 kali lebih kecil dari Indonesia, terdapat 42 persen world class company. Sementara Malaysia 32 persen. Dan Indonesia, hanya 29 persen saja. Apa yang terjadi pada Indonesia?

Tiga Generasi

Puspita menilai, ada gap generasi di dalam perusahaan dan instansi di Indonesia. Inilah yang menyebabkan kerap terjadinya perselisihan, yang berujung terhambatnya kemajuan perusahaan. "Berdasarkan pantauan kami di beberapa BUMN, ada tiga generasi yang berkolaborasi atau bekerja bareng. Yakni Gen Y, Gen X, dan generasi Baby Boomers atau veteran," ungkap Puspita.

Yang tertua adalah generasi baby boomers, yakni mereka yang lahir sebelum 1964. Lalu Gen X, yaitu generasi yang dilahirkan pada rentang tahun 1965-1981. Dan yang terakhir adalah Gen Y, atau mereka yang lahir pada 1982 dan setelahnya. "Permasalahannya adalah komunikasi antar generasi. Disinilah yang akar permasalahannya."

Ada lagi generasi yang siap turun bergabung yakni Gen Z atau yang pada detik ini berusia 15-17 tahun. Namun mereka belum bisa diperhitungkan ke dalam kolaborasi generasi berkarir.

Secara teknis, mengenai permasalahan gap antar generasi yang kerap ditemui, Direktur Human Resource Kraft Food Indonesia Irvandi Ferizal memaparkan, generasi veteran (baby boomers) dalam menjalani hidupnya banyak melakukan penjelajahan sehingga merasa lebih suka memimpin. Generasi baby boomers sangat menghargai sejarah sehingga cenderung lebih suka membandingkan.

"Dan memang generasi baby boomers tumbuh dengan banyak pengalaman hidupnya," tukas Irvandi. Sehingga, lanjut Irvandi, mereka cenderung lebih ingin diikuti keinginannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun