Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Health Promoter

Master of Public Health Universitas Gadjah Mada | Perilaku dan Promosi Kesehatan | Menulis dan membuat konten kesehatan, lingkungan, dan sastra | Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Legenda Batu Badaon

9 Juli 2020   17:39 Diperbarui: 9 Juli 2020   17:34 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di suatu masa lampau yang sulit, hiduplah seorang ibu yang memiliki anak tunggal. Sudah lama ia menerima takdir untuk hidup sebagai istri kedua dan melupakan masa lalunya. Kepahitan makin merajaminya karena dirinya sering diinjak-injak oleh istri pertama dari suaminya.

Hari demi hari terlewati, sementara ia masih mencari daya untuk melarikan diri dari keluarga tersebut. Kebimbangan menderanya karena anak tunggalnya masih dalam keadaan menyusu. Hidup sepertinya tidak adil baginya.

***

Suatu kali, karena siksaan yang begitu mendalam, perempuan ini memutuskan untuk melarikan diri ke daerah pantai. Terdapat sebuah gua hitam besar di situ bernama batu badaon. Tempat itu adalah daerah asalnya. Konon, ia adalah seekor ikan yang menjelma menjadi wanita cantik dan dinikahi suaminya.

Dengan sedikit kuasanya, ia meminta gua tersebut untuk membuka mulutnya. Setelah masuk, ia lantas memerintahkan gua itu untuk menutup kembali mulutnya.

Akan tetapi, karena terburu-buru, rambut indahnya yang sangat panjang tertinggal separuh di luar gua. Sementara itu seluruh tubuhnya sudah tertutup di dalam gua.

Anaknya yang masih menyusu itu berusia lima tahun. Saat diketahui bahwa sang ibunda pergi ke dalam batu badaon, ia langsung ikut mengejarnya.

Namun, sesampainya di gua tempat asal ibunya, sang anak hanya mendapati separuh rambut ibunya yang tertinggal.

"Batu badaon, buka mulutmu, telankan beta, ooo mamaku," hanya kata-kata itu yang bisa sang anak ucapkan.

Sejak saat itu, ia terus mengingat ibunda yang meninggalkannya. Sebuah lagu kemudian dinyanyikan sang anak sambil termenung sedih.

Lagu tersebut berbunyi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun