Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Health Promoter

Master of Public Health Universitas Gadjah Mada | Perilaku dan Promosi Kesehatan | Menulis dan membuat konten kesehatan, lingkungan, dan sastra | Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kerinduan yang Membisu

23 Maret 2019   19:38 Diperbarui: 23 Maret 2019   19:41 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: architecture.desktopnexus.com


"Ayo kita berteduh di rumah itu!" kata Nadia pada kedua temannya, Willy dan Remon. Hujan mulai turun saat mereka sedang berjalan di tengah hutan untuk pulang.

Ketiga pemuda yang suka traveling ini baru saja pergi ke sebuah pantai yang bernama pantai Indah. Sesuai namanya, pantai tersebut memang sangat indah. Meski begitu, untuk mencapai pantai tersebut, mereka harus melewati sebuah hutan yang memakan waktu sekitar satu jam lebih.

Hari libur yang mereka miliki dimanfaatkan oleh mereka untuk pergi bersama ke pantai Indah. Di samping pantai tersebut sangat indah, tempat tersebut memang belum banyak diketahui oleh banyak orang, sehingga ekosistemnya masih sangat terjaga.

Setelah seharian penuh bersenang-senang, mereka lalu bergegas untuk pulang dengan kembali menyusuri hutan menggunakan sepeda motor. Namun, cuaca nampak tak bersahabat. Hujan mulai turun disertai angin yang cukup kencang.

Mereka bertiga lalu memutuskan untuk berteduh di sebuah rumah yang mereka temui di tengah hutan. Rumah tersebut terlihat sangat tidak terurus. Banyak sampah, dedaunan dan kotoran hewan yang berserakan di depan rumah. Mungkin saja sudah lama tidak dihuni.

Waktu menunjukan pukul enam petang. Hujan yang turun membuat langit menjadi sangat gelap. Belum lagi, lampu di depan rumah yang menjadi tempat berteduh tidak menyala. Padahal lampu tersebut sepertinya masih baru.

"Hallo. Permisi." Kata Nadia sambil mengetuk pintu rumah tersebut untuk memastikan apakah rumah tersebut berpenghuni atau tidak. Upaya mereka untuk memanggil penghuni rumah dengan ketukan pintu yang dilakukan, sama sekali tidak mendapatkan respon.

"Rumah ini memang kosong teman-teman." Kata Remon pada Willy dan Nadia.

"Ya sudah. Kita berteduh sebentar hingga hujan berhenti, lalu kita lanjutkan perjalanan kita." Sambung Willy.

Hujan makin deras dan disertai angin yang juga makin kencang. Nadia dan kedua temannya sudah mulai merasakan kedinginan. Badan mereka mulai menggigil dan bercampur dengan rasa lelah yang sudah dialami sedari tadi.

"etttttttt" suara pintu rumah terdengar. Nadia lalu melihat bahwa pintu rumah yang sedari tadi diketuknya sedikit terbuka. Padahal dari tadi mereka sudah mengetuk dan memanggil pemilik rumah tersebut berulang kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun