Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Lainnya - Health Promoter

Master of Public Health Universitas Gadjah Mada | Perilaku dan Promosi Kesehatan | Menulis dan membuat konten kesehatan, lingkungan, dan sastra | Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Doa yang Total

8 Februari 2019   21:51 Diperbarui: 8 Februari 2019   22:28 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: unsplash.com


Tubuhnya serasa lemas. Dadanya sesak dipenuhi dengan rasa gemas akan kegagalan. Sejak pulang sore tadi, tampak tak ada senyum yang muncul serta kata yang keluar dari mulut Randy.

"Gagal lagi yahh?" tanya Yanto, kakaknya. "Ia kak, kok susah banget yahh. Padahal ini sudah tempat kelima. Belum lagi dari tempat lain sama sekali belum ada panggilan lanjutan. Padahal aku kan lulusan terbaik!" gerutu Randy menumpahkan semua unek-unek yang menjadi bebannya.

Randy merupakan salah satu lulusan terbaik di kampusnya, namun setelah melamar pekerjaan di hampir sepuluh tempat, belum ada satupun yang berhasil. "Sebenarnya apa yang salah sih? Rasanya aku telah melakukan semuanya dengan benar. Mulai dari persiapan hingga pelaksanaan, selalu kulakukan dengan total." Lanjut Randy menyalahkan keadaan.

Mulut yang semula hanya diam seribu bahasa, akhirnya berganti menjadi keluhan seribu bahasa hanya dengan satu pertanyaan. Randy memang bukan tipe orang yang suka mengeluh. Namun, sekali ia sudah mengeluh, berarti hal tersebut merupakan masalah dan beban yang sangat serius baginya.

 Anak yang dikenal sangat cerdas ini selalu berprestasi di bidang akademik sejak sekolah dasar. Selain ranking yang selalu pasti didapatnya, berbagai macam lombapun telah dimenangkannya. Sungguh luar biasa!

"Coba ingat-ingat dan evaluasi lagi. Mungkin saja ada sesuatu yang kamu lupakan. Terkadang bukan saja hal besar yang dapat membuat kita gagal, namun hal yang dianggap kecillah yang sering membuat kita gagal." Nasihat sang kakak.

"Semua hal sudah kulakukan kak! Seperti yang tadi ku bilang. Persiapan ku sudah total. Saat proses wawancara, aku selalu tepat waktu.  Semua pertanyaan yang diberikan , ku jawab dengan penuh keyakinan. Semua kemampuan telah ku keluarkan. Pokoknya semuanya total deh kak!" seru Randy menanggapi saran dari sang kakak.

"Ahh, sebelumnya, siapa nama teman kamu?? Teman kamu yang sering main ke rumah dan mengajakmu bermain futsal. Siapa namanya?" tanya sang kakak sedikit mengalihkan pembicaraan.

"Sisko kak." Jawab Randy dengan lebih tenang. "Oh yaah. Sisko. Sudah lama dia tidak main ke rumah kita. Apakah dia sudah wisuda?" tanya kak Yanto. "Belum kak. Sedang ada banyak masalah. Masalah keluarga dan masalah di kampus. Nampaknya sangat banyak masalah yang ia punya kak." Jawab Randy lagi.

Pertanyaan dan sang kakak nampaknya membuat Randy seperti melihat ke belakangnya. Layaknya seorang atlit lari, entah sudah berapa jauh Randy jauh meninggalkan Sisko. Dia merasa sangat beruntung bisa lulus dengan cepat dan disertai dengan predikat lulusan terbaik.

Hal tersebut membuatnya kembali mengingat masalah-masalah yang sedang dialami sahabatnya, Sisko. Sebenarnya Sisko sangat cerdas dan bersemangat tinggi. Namun, masalah yang ada membuatnya harus membagi pikirannya sehingga tidak terlalu total dalam menyelesaikan tugas akhirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun