Mohon tunggu...
Harry Wiyono
Harry Wiyono Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hamba Tuhan

Sebagai : 1. Wakil Gembala GGP Betesda Pamulang 2. Sebagai wartawan sejak tahun 1984 3. Researcher di MRI (Market Riset Indonesia) 4. Researcher di Ecbis Rescons 5. Researcher di CDMI

Selanjutnya

Tutup

Politik

Berpolitik ala Kristus Yesus

17 November 2023   16:48 Diperbarui: 17 November 2023   16:52 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tahun ini adalah tahun politik, disemua media sosial, baik itu media cetak ataupun media elektronik pasti menyuguhkan berita-berita tentang politik. Akhirnya semua lapisan masyarakat, baik dipedesaan ataupun diperkotaan selalu membicarakan tentang politik, walau mereka sebenarnya tidak tahu apa itu politik.

Saya tidak mengajak saudara berpolitik, tetapi kita sebagai warga negara Indonesia yang baik, mau tidak mau kita harus berpolitik. Kapan kita mulai berpolitik? Ketika ada hajatan besar (Pilpres) pada tahun 2024 mendatang itu kita mau tidak mau kita terjun dalam permainan politik. Sebenarnya sebelum-sebelumnya kita sudah berpolitik, yaitu ketika  ditengah lingkungan masyarakat kita tinggal ada acara pemilihan RT, RW, Lurah, Camat dan lain sebagainya. Disaat itulah kita berpolitik.

Mungkin kita masih banyak yang belum tahu apa yang dimaksud dengan politik. Menurut Wikipedia Politik adalah proses pembentukan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini adalah upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik. Ini dapat digunakan secara positif dalam konteks solusi politik yang berkompromi dan tanpa kekerasan, atau secara diskriptif sebagai seni atau ilmu pemerintahan.

Jadi jelas politik itu baik, karena bertujuan untuk membangun kesatuan dan kerukukan berbangsa dan bernegara. Tetapi mengapa banyak orang mengatakan, mengindentifikasikan, mempersepsikan, menyematkan dan mengkonotasikan bahwa politik itu kotor dan jahat? 

Sebenarnya baik buruknya sesuatu tergantung bagaimana kita memakai dan menggunakannya. Pisau atau pedang itu bisa kita katakan baik dan tidak baik, tergantung bagaimana kita mempergunakannya. Pisau dan pedang bisa kita gunakan untuk kebaikan yaitu untuk bekerja dan mencari nafkah, tetapi pisau dan pedang bisa juga kita gunakan untuk kejahatan.

Demikian halnya dengan politik. Politik bisa kita gunakan untuk mengembangkan, memajukan dan mensukseskan beradapan bangsa, tetapi politik juga bisa digunakan untuk menghancurkan, memorakporandakan serta menjungkirkan beradapan bangsa. Bahkan dengan poliitik tidak kenal dengan kata kawan dan lawan. Teman dan sahabat bisa menjadi lawan, yang lebih miris lagi, saudara, anak bahkan orang tua sendiri bisa bermusuhan karena politik.


Mengapa hal ini bisa terjadi? Yang jelas karena sifat manusia yang sombong, congkak, angkuh ego rakus dan serakah. Sifat-sifat inilah yang mengakibatkan manusia jatuh dalam dosa, melanggar hukum Allah dan melakukan kekejian-kekejian yang tidak ada batasnya.

Siapa yang tidak kenal dengan mantan bapak Presiden Suharto karena sombong, congkak, angkuh, ego rakus dan serakah berapa banyak lawan politiknya yang menjadi korban keganasannya. Ingat peristiwa Petrus (Penembak Misterius), kala itu seperti nyawa tidak ada harganya. Belum lagi peristiwa tahun 1998 banyak manusia bergelimpangan tak bernyawa. Berapa banyak orang-orang etnis China yang dijarah, dirampok, disiksa, diperkosa bahkan dihabisi nyawanya.

Mungkin kita tidak bisa menghitung berapa kekayaan yang dimilikinya. Kekayaannya tidak saja tertapung di dalam negeri tetapi justru berjimbun-jimbun di luar negeri. Walau kekayaanya untuk bisa mencukupi 7 keturunan, namun sampai sekarang keluarga Suharto masih tidak puas dengan apa yang didapat dari hasil rampokan dan korupsinya.

Selain mantan Presiden Suharto, tentunya semua masyarakat Indonesia sekarang ini sangat kenal dengan bapak Presiden Joko Widodo. Dengan prestasinya yang sangat gemilang sejak menjabat pucuk pimpinan di negara kita bangsa Indonesia. 

Sembilan tahun beliau telah mengukir sejarah yang tak terlupakan. Pembangunan berbagai sector berkembang dengan pesatnya. Dengan prestasi yang beliau ukir, beliau dinobatkan sebagai bapak pembangunan. Setiap masyarakat mengelu-elukannya, bjhkan dalam berbagai survy tingkat kepuasan masyarakat Indonesia terhadap kinerjanya mencapai 82% lebih.

Kalau boleh saya katakan, di Indonesia bagian Timur Jokowi kelihatannya dianggap seperti dewa, kenapa demikian? Inilah buktinya Warga Desa Sunu, Kecamatan Amanatun Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT) telah mendirikan patung Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Puncak Bukit Sunu. Patung tersebut memiliki berat 700 kilogram dengan tinggi 3,5 meter. Didirikannya patung tersebut ini mermbuktikan sosok Jokowi sangat dijunjung tinggi.

Tidak saja dielu-elukan dan dikagumi oleh bangsa Indonesia sendiri, rupanya diluar negeripun Joko Widodo juga sangat disegani oleh  beberapa kepala negara. Bahkan atas kebijakan-kebijakan Jokowi beberapa negara Eropa tidak berdaya mengadapinya, termasuk negara adidaya Amerika Serikat. 

Kebijakan politik ekonomi yang telah digulirkan dan diterapkan seperti dilarangnya ekspor barang-barang mentah telah membuat banyak negara yang selama ini menggandalkan pasokan bahan mentah dari Indonesia kelabakan tak berdaya.

Namun sayangnya ibarat "nila setitik rusak susu sebelanga" ini terjadi pada akhir pemerintahannya. Tidak disangka dan tidak dikira yang semula Jokowi sangat disanjung dan ditinggikan, sekarang berubah total 180 derajat, orang-orang yang semula  mengaguminya kini berbalik membencinya, bahkan tidak sedikit yang mengutukinya dengan memberi sebutan Jokowi sebagai pengkianat.. 

Ada seorang pengamat militer sempat menyebutkazn bahwa Jokowi seperti "malin kondang", yang tidak ingat asal-usulnya, tidak ingat siapa yang membesarkannya. Mengapa bisa demikian, karena ternyata Jokowi tidak lebih baik dari orang-orang lainnya yang juga memiliki sifat sombong, congkak, angkuh, ego, serakah dan tamak.

Tidak diduga ternyata Jokowi juga haus akan kekuasaan, beliau belum puas menduduki tahta tertinggi di Indonesia sebagai presiden selama 10 tahun, dia masih ingin terus berkuasa, sehingga dengan berbagai cara dia melakukannya, walaupun dengan cara melanggar dan menabrak undang-undang yang ditetapkan oleh negara. . Inilah "BERPOLITIK ALA MANUSIA" yang didasari kepentingan pribadi.

Sekarang bagaimana dengan "BERPOLITIK ALA KRISTUS YESUS". Ada 2 ayat yang mendasari jika kita "Berpolitik Ala Kristus Yesus" yaitu di Matius 28:19-20 yang mengatakan "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. Kemudian dilengkapi dengan Yohanes 3:16 yang mengatakan "Karena demikianlah Allah mengasihi isi dunia ini sehingga dikazruniakannya anaknya yang tunggal, supaya barang siapa yang percaya akan Dia, tidak akan binasa melainkan beroleh hidup yang kekal".

Kedua ayat ini sebagai dasar sekaligus strategi dalam mnenjalankan "Berpolitik ala Kristus Yesus. Sebagaimana 3 Parpol terbesar di Indonesia seperti PDIP, Gerindra dan Golkar untuk memenangkan kontestan pada tahun 2024 mendatang, mereka semua melakukan safari poliitik atau  kampanye di berbagai daerah dan kota. Mereka melakukan event-evenrt yang menarik, disamping membina kader-kader yang handal yang diharapkan bisa membawa orang masuk dalam partainya.

Dalam "berpolitik Ala Kristus Yesus" melalui Matius 28:19-20 yang dikenal dengan Amanat Agung Tuhan Yesus juga memngajarkan kita untuk mencari jiwa dating kepada Tuhan sebanyak-banyaknya. Setelah mendapatkan jiwa, Langkah selanjutnya kita kaderkan, melalui pemuridan dan setelah itu kita didik sebagai pemimpin rohani.  

Strategi ini telah dijalankan oleh Tuhan Yesus ketika mengajarkan 12 muridnya, dari 12 murid yang telah dididik dan dibina, kemudian memuridkan murid-murid lainnya, sehingga berlipatganda menjadi 3 ribu orang. Strategi  berpolitik Yesus ini kemudian dilanjutkan oleh Paulus. Paulus memakai strategi dengan cara memuridkan terlebih dahulu Timotius baik secara langsung dengan beberapa kali mengajak Timotius dalam perjalanan misinya. 

Selain itu berdasarkan 2 Timotius 2:2 ketika Paulus sedang memuridkan Timotius, Paulus sudah memiliki gambaran kedepan atau yang sekarang lebih dikenal dengan visi melipatgandakan sampai empat generasi, artinya sampai Paulus memiliki cicit rohani,

Strategi yang tertuang dalam Matius 28:19-20 yang dikenal dengan nama Amanat Agung Tuhan Yesus ini kemudeiaqn diulengkapi dengan dasar yang kuat yang tgertuang dalam injil Yohanes 3:13. Inilah dasar dari "Berpolitik Ala Kristus Yesus" yaitu "KASIH". Semua yang dijalankan kampanyenya adalah KASIH. Jadi sangat berlawanan dengan "Berpolitik Ala Manusia" yang cenderung mementingkan diri sendiri.

Ketika Yesus berpolitik, dia tidak berpolitik seperti manusia biasa, yaitu yang semula tidak memiliki kekuasan apa-apa terus berusaha memiliki kekuasaan setinggi-tingginya. Sementara Yesus yang adalah raja diatas segala raja, yang memiliki kekuasaan tidak ada batasnya. Dia justru rela menjadi manusia hina yang tidak memiliki kekuasaan apa-apa. Dia rela menjadi miskin agar kita menjadi kaya.

Yesus berpolitik di dunia hanya satu tujuan, yaitu supaya manusia selamat dari hukuman dosa. Yesus mengajak semua umat manusia datang kepadaNya, agar manusia hidup dalam kelimpahan dan yang paling utama Tuhan telah menyediakan tempat terindah yaitu kerajaan sorga.

Salah satu tokoh Alkitab yang telah "Berpolitik Ala Manusia" yaitu Yudas Iskariot murid dari Tuhan Yesus. Seperti sudah dijelaskan diatas sifat buruk manusia adalah sombong, congkak, angkuh, ego, rakus dan tamak. Demikian pula sifat yanjg dimiliki oleh Yudas, karena sifat yang buruk tersebut Yudas berkianat kepada gurunya sendiri yaitu Yesus. Tidak jauh beda Yudas ini dengan Jokowi yang bisa meninggalkan dan melupakan asal usulnya.

Di ranah politik Jokowi yang sudah dibesarkan oleh Megawati, kemudian diakhir jabatan dia meninggalkannya, ini semua karena Jokowi ingin tetap berkuasa. Yudas pun juga demikian dia rela menjual dan meninggalkan Yesus karena ambisi untuk memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya di dunia.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tidak benar jika ada orang yang mengatakan politik itu kotor dan jahat. Yang kotor dan jahat bukan politik nya, tetapi orang yang melakukannya. Oleh karena itu jangan sekali-kali  kita berpolitik ala dunia, tetapi marilah kita berlomba  "BERPOLITIK ALA KRISTUS YESUS". Yang dasar dan strateginya dilandasi dengan "KASIH". SPOUDE Tuhan Yesus memberkati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun