Mohon tunggu...
Siti Suharni
Siti Suharni Mohon Tunggu... Suka membaca, menulis, makan, dengerin musik, dan nonton.

Ibu rumah tangga yang suka membaca, belajar, icip-icip kuliner, dan suka nonton film sambil ngeteh atau ngopi. Sering isi waktu dengan menjadi editor, penulis, pengajar, dan pedagang. Saat ini tinggal di Kota Soto dan pengen suatu hari jalan-jalan ke Arab, Tiongkok, Maroko, dan negeri Persia.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Pendar Harapan dari Batik Bantengan; Merajut Spirit Tradisi Bumiaji

7 Juli 2025   16:31 Diperbarui: 7 Juli 2025   16:56 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Properti dalam pergelaran seni Bantengan. (Dok. Pribadi)

Cuaca dingin berkabut yang kerap membalut Kota Batu dan iringan gamelan ritmis nan riuh menambah daya magis pada suasana Sabtu sore, 5 Juli 2025. Ratusan penonton yang jumlahnya terus bertambah tersedot ke satu titik, Galeri Batik Anjani di Desa Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur.

Saat aku tiba, di area pementasan di halaman galeri sekaligus rumah tinggal tak berpagar itu tengah ditampilkan kelincahan seorang bocah laki-laki berakrobat. Ia sigap memutar sebilah tongkat di mana di tiap ujungnya terdapat obor api yang berkobar liar. Saya berdiri tertegun tepat di pinggir kerumunan dan merasakan tarik-menarik antara rasa takut sekaligus terpesona menyaksikannya.

Ketika bocah itu surut ke belakang, seorang gadis menggantikannya. Ia muncul dari sisi panggung gamelan berhias janur-janur dan bunga segar beraneka warna nan semerbak. Gadis ini menyajikan kelihaian berpencak silat dengan gerakan sangat memukau. Setiap kali tangannya merentang tegang dan kakinya menjejak bumi, saat itu pula dentuman gendang dan jidor selaras mengiringinya.

Apalagi ketika beberapa pasang anak laki-laki lain secara bergantian masuk ke tengah-tengah pertunjukan. Mereka bersama-sama bergerak harmonis sambil mengenakan topeng kepala banteng atau macan berselubung kain panjang berwarna hitam, putih, atau merah. Aura kedigdayaan serta keindahan batik dari pencak silat Bantengan pun menguar dan terus mengentalkan tradisi seni budaya yang sudah mengakar kuat pada masyarakat Bumiaji.

Senja mulai semakin gelap, tetapi saya seolah merasa berat meninggalkan tempat itu meski tentu saja tidak semua akan berhenti di sini. Kak Nisa, salah satu tour guide dari Karang Taruna Bumiaji memberitahuku dengan antusias, “Pergelaran Bantengan, terutama buat orang yang lebih dewasa masih lanjut sampai tengah malam nanti, atau malah bisa sampai pagi, Bu. Siang ini hanya untuk bocil saja.”

Tradisi Bantengan yang unik dan memukau pengunjung. (Dok. Mbah Ukik) 
Tradisi Bantengan yang unik dan memukau pengunjung. (Dok. Mbah Ukik) 

Ketika diarahkan untuk memasuki Galeri Batik Anjani —bangunan berupa rumah joglo artistik dan asri— lagi-lagi aku menangkap aura kekuatan bersalut keindahan lahir dari helai-helai batik yang terpampang nyata di depanku. Desain, bentuk, dan warna yang dihadirkan oleh Anjani Sekar Arum sang pemilik galeri melalui batik Bantengannya, baik berupa kain wastra, busana, dompet, tas hingga aneka aksesoris lainnya memang layak mendapatkan decak kekaguman. Aku jamin para pecinta batik tidak akan melewatkan batik Bantengan untuk masuk daftar koleksi.

Batik Bantengan karya Anjani Sekar Arum. (Dok. Pribadi)
Batik Bantengan karya Anjani Sekar Arum. (Dok. Pribadi)

Bukan sekadar melihat koleksi batik Bantengan, aku pun mendapat kesempatan untuk turun ke ruang workshop yang letaknya di belakang galeri. Di sanalah aku mengalami moment of truth karena menyaksikan langsung proses pembuatan dan lahirnya keindahan pola dan warna batik Bantengan dari para senimannya.

Mas Adib dan rekan-rekannya yang masih terbilang sangat muda silih berganti menjelaskan dengan gamblang beragam informasi terkait batik Bantengan, termasuk proses dan bahan-bahannya. Saya yang berdiri di sisinya takjub dengan kemampuan mereka menarikan kuas di tangan pada selembar kain batik indah yang panjangnya sekitar dua meter itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun