Ruang Nostalgia yang Bertemu Generasi Baru
Salah satu yang menarik dari perubahan ini adalah bagaimana manajemen Atrium mampu menjaga roh nostalgia, tanpa menolak modernisasi. Masih ada beberapa tenant legendaris yang dipertahankan---seperti toko jam tangan yang sudah berdiri puluhan tahun, atau gerai makanan yang menjadi ikon sejak dahulu. Bahkan bioskop XXI kini hadir kembali, menggantikan bioskop lama dengan teknologi terkini, tapi tetap menyisakan nuansa "nonton rame-rame" seperti dulu.
Beberapa sudut mall bahkan dihiasi dengan elemen memorabilia. Ada mural yang menggambarkan suasana Pasar Senen tempo dulu, serta kursi-kursi retro yang jadi spot duduk santai sekaligus nostalgia. Di akhir pekan, pengunjung bisa menikmati pertunjukan musik jalanan atau komunitas lawas seperti breakdance dan cosplay yang kembali meramaikan atrium tengah.
Menariknya, pengunjung Atrium kini jauh lebih beragam. Tak hanya warga Jakarta Pusat, tapi juga milenial dari pinggiran kota, mahasiswa yang kuliah di sekitar Salemba, hingga wisatawan asing yang penasaran dengan cerita "pasar tua" yang kini tampil modern. Atrium seperti berhasil menjadi ruang inklusif lintas generasi.
Tidak Hanya Mall, Tapi Ruang Hidup Kota
Dalam semangat pembangunan kota yang berkelanjutan dan berbasis komunitas, kebangkitan Atrium Senen memberi contoh menarik: bagaimana ruang publik lama tidak harus digantikan oleh bangunan baru, tetapi bisa diperbaharui dan direvitalisasi secara bijak. Daripada membangun mall baru yang kadang hanya jadi "tempat nongkrong elit", revitalisasi ruang lama seperti ini justru memberi ruang hidup yang lebih terjangkau dan relevan.
Manajemen mall juga menggandeng komunitas lokal dalam berbagai agenda, seperti pameran UMKM, bazar buku, kelas fotografi, dan workshop seni anak. Ruang terbuka dalam mall digunakan sebagai tempat pameran dan kolaborasi komunitas, bukan hanya untuk kepentingan komersial semata.
Dengan kata lain, Atrium kini menjadi "ruang kota dalam kota"---tempat belanja, bertemu, berkarya, bahkan beristirahat sejenak dari hiruk-pikuk Jakarta.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meski telah berubah, tantangan tetap ada. Akses transportasi umum menuju Atrium perlu diperbaiki. Meski dekat dengan Stasiun Senen dan halte TransJakarta, tetapi pedestrian di sekitar mall masih semrawut. Kawasan sekitar Atrium masih dihantui kemacetan dan parkir liar. Belum lagi soal keamanan dan kenyamanan lingkungan luar mall, yang terkadang membuat pengunjung enggan berlama-lama di luar area mall.
Namun secara umum, revitalisasi Atrium Senen adalah langkah maju. Ia membuktikan bahwa ruang publik bisa dihidupkan kembali dengan sentuhan yang tepat, dan tidak harus kehilangan identitas lokalnya.