Publik semestinya menaruh perhatian pada peristiwa ini, bukan karena dramanya, tetapi karena pelajaran diam-diam yang disampaikannya: kesetiaan institusi bukan slogan, melainkan pilihan yang menuntut pengorbanan.
Loyalitas Tak Harus Ramai, Tapi Harus Tegas
Letjen TNI Novi Helmy Prasetya tak menulis surat panjang, tak mengadakan konferensi pers dramatis, apalagi menyalahkan sistem. Ia hanya mengeksekusi keputusan: mundur dari jabatan sipil, kembali ke institusi asal. Singkat. Tegas. Tuntas.
Namun dari keputusannya itu, kita bisa memetik pelajaran panjang: tentang loyalitas, integritas, dan etika kepemimpinan. Tentang cara seorang prajurit sejati memberi contoh, bukan dengan kata-kata, tetapi lewat tindakan.
Dan di zaman ketika kesetiaan kerap jadi bahan tawar-menawar politik, mungkin kita butuh lebih banyak pemimpin seperti Novi---yang tahu kapan waktunya naik, dan tahu kapan waktunya kembali ke tempat asal, dengan kepala tegak dan hati ringan.
Letjen TNI Novi Helmy Prasetya memilih mundur dari jabatan Dirut Bulog dan kembali berdinas di institusi TNI. Keputusan ini bukan sekadar rotasi jabatan, tapi cerminan etika kepemimpinan dan loyalitas prajurit sejati.
Dalam artikel ini, saya mengajak Anda merenungi bagaimana keputusan ini merefleksikan arah baru profesionalisme di tubuh TNI dan BUMN, serta menjadi contoh konkret bagaimana seharusnya pengabdian kepada institusi dijalankan.
Silakan baca, tinggalkan komentar, dan mari berdiskusi dengan santun dan cerdas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI