Penyakit serius, kecelakaan, atau kehilangan pekerjaan di usia lanjut dapat membawa konsekuensi finansial yang berat. Dalam kondisi seperti ini, memiliki dana pensiun yang mencukupi berperan sebagai jaring pengaman. Ia memungkinkan kita untuk fokus pada pemulihan atau mencari solusi tanpa dibayangi kecemasan akan kebutuhan hidup sehari-hari. Dana pensiun adalah perlindungan diri dari kemungkinan terburuk, sekaligus bentuk kasih sayang kepada diri sendiri di masa depan.
Namun, untuk bisa menikmati manfaat tersebut, kebiasaan menabung harus dibentuk sejak dini. Prinsipnya sederhana: bukan seberapa besar yang ditabung, tetapi seberapa lama dan konsisten kita melakukannya. Waktu adalah aset paling berharga dalam perencanaan keuangan, karena dari waktu muncullah kekuatan bunga majemuk. Semakin awal kita mulai menabung, semakin besar potensi pertumbuhan dari investasi yang dilakukan.
Ambil contoh sederhana: menabung Rp50.000 setiap hari sejak usia 25 tahun. Dalam setahun, itu berarti Rp18,250,000. Dalam 10 tahun, tanpa bunga sekalipun, jumlahnya sudah lebih dari Rp180 juta. Namun dengan asumsi pertumbuhan investasi tahunan sebesar 8%, dana tersebut dapat tumbuh berkali lipat pada usia pensiun. Ini bukan mimpi, tetapi hasil dari disiplin, kesabaran, dan strategi yang tepat.
Menabung untuk pensiun bukan sekadar kewajiban finansial---ini adalah bentuk investasi untuk kebebasan, ketenangan, dan martabat di masa tua. Kita menanam bukan untuk hari ini, melainkan untuk memetik hasilnya nanti, saat kita benar-benar membutuhkannya. Mulailah sekarang, meskipun dari jumlah kecil. Masa depan yang nyaman dan penuh kedamaian sedang menanti di ujung perjalanan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI