Mohon tunggu...
Harmen Batubara
Harmen Batubara Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis Buku

Suka diskusi tentang Pertahanan, Senang membaca dan menulis tentang kehidupan, saya memelihara blog wilayah perbatasan.com, wilayahpertahanan.com, bukuper batasan .com, harmenbatubara.com, bisnetreseller.com, affiliatebest tools.com; selama aktif saya banyak menghabiskan usia saya di wialayah perbatasan ; berikut buku-buku saya - Penetapan dan Penegasan Batas Negara; Wilayah Perbatasan Tertinggal&Di Terlantarkan; Jadikan Sebatik Ikon Kota Perbatasan; Mecintai Ujung Negeri Menjaga Kedaulatan Negara ; Strategi Sun Tzu Memanangkan Pilkada; 10 Langkah Efektif Memenangkan Pilkada Dengan Elegan; Papua Kemiskinan Pembiaran & Separatisme; Persiapan Tes Masuk Prajurit TNI; Penyelesaian Perselisihan Batas Daerah; Cara Mudah Dapat Uang Dari Clickbank; Rahasia Sukses Penulis Preneur; 7 Cara menulis Yang Disukai Koran; Ketika Semua Jalan Tertutup; Catatan Blogger Seorang Prajurit Perbatasan-Ketika Tugu Batas Digeser; Membangun Halaman Depan Bangsa; Pertahanan Kedaulatan Di Perbatasan-Tapal Batas-Profil Batas Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Indonesia Patut Mengapresiasi Semangat Bersahabat Barack Obama Terhadap Indonesia

18 Februari 2016   12:50 Diperbarui: 19 Februari 2016   09:21 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Jokowi-Obama | Foto: Ikhwanul Habibi/detikcom"][/caption]Selama ini kalau saya perhatikan, setiap kali  Presiden AS bersinggungan dengan Indonesia, pastilah muncul semacam suasana lain, “suasana” kebatinan dan serasa pernah bersaudara. Barack Obama selalu mengutarakan rasa cinta dan kenangan manisnya atas Indonesia. Dalam alam persahabatan, sebenarnya hal itu sangat besar maknanya bagi pergaulan dan diplomasi.

Dari pengamatan saya, baik SBY maupun Jokowi terlihat ada kehangatan yang mengemukan di saat mereka saling berjabat tangan. Kalau saya pastilah Obama akan saya rangkul dan memeluknya; yah minimal didalam darahnya pastilah ada emosi nasi gorang yang mengalir yang setiap saat pasti akan membawa ingatannya pada Indonesia. Saya percaya itu. Yang ingin saya katakan sebenarnya adalah pada tempatnyalah untuk memberikan beliau tanda kehormatan terbaik yang kita punya sebagai bangsa bagi semua “dukungan” dan “kebaikannya” bagi kebaikan Indonesia.

Ya siapa sangka dan dunia sejatinya tidak pernah nyangka, kalau “anak kolong” itu ternyata menjadi presiden dari Negara adi daya dunia. Anak kolong sungguhan sih bukan, tetapi ayah tiri Obama adalah letnan dua Loro Sutoro, prajurit  TNI-AD, korps Topografi AD. Sebagai seorang prajurit dari korps yang sama, saya sungguh merasa bangga, bahwa seorang “anak” senior bisa jadi orang nomor satu di Dunia. Simbol dari “the American Dreams”, Mau disebut ikut-ikutan numpang nama, terserahlah. Yang jelas, semangat warga Topografi AD ada di dalam pola hidupnya. Saat beliau datang pertama kali ke Indonesia, fakta ini sebenarnya saya coba sampaikan ke para senior di satuan saya. Tidak ada salahnya Korps Topografi memberi apresiasi, sebagai pernyataan rasa sayang. Tapi barangkali karena besarnya nama Obama sebagai presiden negara Adi Daya tidak ada yang mau ngambil resiko. Padahal hemat saya, hal itu sungguh manusiawi. Ya ahirnya ya semua berlalu, dan Obama sendiri barangkali tidak tahu kalau Korps Topografi itu juga adalah bagian dari kehidupan masa kecilnya.

Korps Topografi adalah salah satu korps milik TNI-AD yang secara professional menangani persoalan survei dan pemetaan (survey and mapping). Korps inilah yang memberikan informasi terkait kondisi topografi wilayah, berikut seluruh ikutannya (info Ipoleksusbudhan) yang diperlukan oleh TNI-AD dalam menyusun berbagai strategi dan taktis untuk mendukung semua operasinya. Korps Topografi ini, adalah kelanjutan brigade Topografinya Belanda sejak zaman sebelum kemerdekaan. Korps inilah yang memetakan semua SDA, batas wilayah antar Negara jajahan dengan Negara tetangganya.

Korps Topografi di AS sendiri adalah “mata ujung tombak” yang menjelma menjadi Defence Map Agency, NIMA dan namanya terus berubah, sesuai kepentingan intelijen AS. Semua karya sesepuh Corps Topografi masih tertera dengan baik dalam bentuk traktat 1891,1915 dan 1928 antara RI-Malaysia di Kalimantan; Traktat 1850 (RI-Papua Nugini di Papua) dan Traktat 1859,1893 dan 1904 (RI-Timor Leste di Timor). Korps Topografi mempunya tradisi kerjasama yang baik dengan berbagai Negara sahabat seperti Amerika, Australia, Canada, Inggris dan para perwiranya sering saling tukar pelatihan, pendidikan  dsb. Nah salah satu perwira yang sedang ikut pendidikan itulah yang kemudian mempersunting ibunya sang Presiden.

Sebagai seorang prajurit yang dibesarkan di jajaran TNI, saya paham betul artinya kesederhanaan. Bagaimana seorang prajurit harus bisa menyesuaikan diri dalam semua keterbatasan, bagaimana mematut diri dalam penampilan meski hanya punya seragam satu di badan. Keterbatasan adalah keterbatasan dalam apa saja. Saya yakin, kehidupan seorang prajurit dalam sehariannya, sesungguhnya tidak beda dengan kehidupan para pemulung, tinggal di gedung-gedung besar,tapi di emperannya, tidurnya hanya diatas pelbed, dilengkapi kelambu, ga peduli panasnya malam.  Begitu pajar menyingsing, semua kelambu dan tetek bengek dikemas, disimpan dengan rapi dan kembali menekuni tugas mengawal negeri. Mengabdi sebagai prajurit mempunyai kegembiraan tersendiri. Mungkin sekarang sudah berubah.


Saya lalu ingat pada bapaknya Obama. Dalam kondisi seperti itu, prajurit muda itu memboyong seorang bidadari dari dunia maju. Menurut saya, itu adalah suatu kemampuan persuasi yang luar biasa. Bagaimana seorang prajurit “yang di negaranya” sebenarnya sama saja dengan “kere balung”. Bisa dibayangkan bagaimana hebatnya prajurit itu bisa “mematut” diri, sehingga sang bidadari mau dan berkenan mempertaruhkan seluruh hidupnya dengan sang prajurit tersebut.

Dan benar saja, ketika mereka tinggal di Jakarta, sang prajurit itupun telah melakukan segala cara agar bisa tetap hidup, termasuk mengizinkan istrinya ikut kerja, seperti mengajar bahasa Inggeris. Juga termasuk dengan cara “melego”, ya salah satunya melego mesin tik..dan bahkan dalam puncaknya, terpaksa mencari kehidupan yang lebih layak..yakni dengan keluar dari Korps Topografi TNI-AD, ke Pertamina. Tapi yang membuat saya “senang”, selama mereka di lingkungan kehidupan prajurit..meski dengan semua keterbatasannya..tetapi keluarga itu tetap utuh…berbeda dengan ketika keuangannya sudah membaik..malah perceraianlah yang terjadi..keluarga itupun berpisah baik-baik.

Bagaimanapun Obama pernah merasakan sebagai anak “kolong” dan anak kolong TNI-AD, dan hemat saya..dia tidak akan pernah melupakan itu..dan saya percaya justeru semangat anak kolong itulah yang telah memberinya bekal inspirasi atau kekuatan menghadapi kerasnya kehidupan di negeranya…tetapi setidaknya..dia pernah bersama..orang-orang yang tabah, tahan banting, ulet, disiplin , rendah hati dan bersahabat…kalau anda pernah merasakan sebagai anak kolong…anda akan merasakan suasana bathin akan rasa persahabatan..yang terstruktur..semisal bisa menerima ke salahan kawan..kalau atasan sudah bilang sesuatu  kita akan selalu menerimanya..dan tidak akan membesar-besarkannya..

Saat ini Obama sudah jadi Pesiden pada term kedua.kita juga sangat gembira dengan pencapaian seperti itu, kita percaya Tuhan memperlihatkan bahwa di duniaNya ini sesungguhnya apa saja bisa terjadi..termasuk menempatkan seorang anak biasa saja, dari kalangan biasa, dan kulit berwarna pula, dan ndilalah pernah jadi “warga” Indonesia, Negara muslim terbesar di Dunia, jadi seorang presiden di Negara adi daya. Selama ini dalam persepsi kita(minimal saya) sangat yakin bahwa sesungguhnya Amerika, meski selalu diyakini warganya sebagai negara impian, tidak pernah bisa melihat dan membayangkan bahwa  bekas anak “budak”nya akan menempati posisi sebagai seorang pimpinan, terlebih lagi jadi pimpinan Negara. Tetapi nyatanya, bisa. Alangkah besarnya jiwa dari warga negara adi daya itu. American Dreams itu memang riel.

Pada waktu presiden Obama datang pertama kali ke Indonesia sebagai ptajurit saya sebenarnya punya impian..agar dalam momen seperti ini..negara memberi kesempatan kepada menhan..atau panglima ..atau kasad untuk menyampaikan salam dan semacam mengingatkan..bahwa Berry Obama juga pernah jadi warga keluarga besar TNI…mana tahu hal-hal semacam itu bisa dikembangkan Kemlu jadi bahan komunikasi diplomasi dalam upaya mempererat persahabatan pertahanan antara kedua Negara… Semua itu sudah berlalu. Tapi  saat presiden Jokowi ke Amerika Presiden ke Sunnyland Center, California tempat dihelatnya US-ASEAN Summit. Saat tiba di tempat acara, Jokowi langsung disambut Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Menurut saya sudah pada tempatnya presiden Jokowi atas nama Rakyat untuk memberikan apresiasi paling terhormat bagi Obama, presiden negara Adi Daya yang pada suatu waktu pernah tinggal dan dibesarkan di Indonesia.

Oleh harmen batubara

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun