Mohon tunggu...
Harmen Batubara
Harmen Batubara Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis Buku

Suka diskusi tentang Pertahanan, Senang membaca dan menulis tentang kehidupan, saya memelihara blog wilayah perbatasan.com, wilayahpertahanan.com, bukuper batasan .com, harmenbatubara.com, bisnetreseller.com, affiliatebest tools.com; selama aktif saya banyak menghabiskan usia saya di wialayah perbatasan ; berikut buku-buku saya - Penetapan dan Penegasan Batas Negara; Wilayah Perbatasan Tertinggal&Di Terlantarkan; Jadikan Sebatik Ikon Kota Perbatasan; Mecintai Ujung Negeri Menjaga Kedaulatan Negara ; Strategi Sun Tzu Memanangkan Pilkada; 10 Langkah Efektif Memenangkan Pilkada Dengan Elegan; Papua Kemiskinan Pembiaran & Separatisme; Persiapan Tes Masuk Prajurit TNI; Penyelesaian Perselisihan Batas Daerah; Cara Mudah Dapat Uang Dari Clickbank; Rahasia Sukses Penulis Preneur; 7 Cara menulis Yang Disukai Koran; Ketika Semua Jalan Tertutup; Catatan Blogger Seorang Prajurit Perbatasan-Ketika Tugu Batas Digeser; Membangun Halaman Depan Bangsa; Pertahanan Kedaulatan Di Perbatasan-Tapal Batas-Profil Batas Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Setiap Asa Bertabur Nikmat: Para Pendekar Kemiskinan

14 Juni 2021   10:53 Diperbarui: 27 Juni 2021   10:42 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setiap Asa Bertabur Nikmat-wilayahperbatasan.com

Kisah lain yang juga lulus dengan Kumlaud dari "jebakan Kemiskinan" itu adalah Bahlil Lahadalia. Kini siapa yang tidak kenal Bahlil Lahadalia, SE., terlebih lagi setelah ia dilantik menjadi Menteri Investasi/Kepala BKPM oleh Presiden Jokowi pada 28 April 2021. Menteri dengan harta 300 Milyar. Sungguh sebuah pencapaian yang tidak mudah. Kalau tahu jalan hidupnya maka anda akan lebih kagum lagi pada sosok orang muda ini. Bahlil Lahadilia lahir di Banda, Maluku pada 7 Agustus 1976. Ia anak kedua dari delapan bersaudara pasangan Lahadalia dan Nurdjani. Bahlil kecil menghabiskan masa sekolah dasar hingga pendidikan tinggi di wilayah timur. Ia menempuh sekolah dasar di SD Negeri 1 Seram Timur, kemudian melanjutkan ke jenjang sekolah pertama di SMP Negeri 1 juga  di Seram Timur, Maluku. Kemudian keluarganya pindah ke Fak-Fak, Papua Barat. Bahlil kemudian  melanjutkan pendidikan di SMEA YAPIS Fakfak, Papua Barat.

Pemuda yang  memasuki masa remaja di Fakfak Papua ini justeru datang dari keluarga biasa  yang sangat bersahaja. Bapaknya adalah seorang kuli bangunan dan ibunya ikut membantu keluarga dengan bekerja sebagai pembuat kue-kue jajanan, sekaligus sebagai Tukang Cuci pakaian bagi beberapa tetangga di sekitar mereka. Hal itu dilakukan untuk bisa membantu bapaknya yang bekerja sebagai  buruh atau kuli bangunan dengan gaji saat itu Rp 7.500/hari setara dengan Rp 100.000. saat ini.

Jadi keluarga dengan 8 orang bersaudara ini, awalnya 9, salah satu meninggal dunia, Bahlil adalah anak kedua. Jadi kondisinya memang sejak SD itu kalau  mau sekolah, ya harus bantu cari duit atau cari duit sendiri. Jadi dia jadi penjual kue, menjajakan kue dari apa yang mamahnya  buat. Kita juga pasti paham, bahwa setiap anggota keluarga ini secara tidak langsung pasti telah berparti sipasi dan memberikan kontribusinya masing-masing. Bisa jadi tidak ada pembagian tugas secara tegas, tetapi semua mengambil peran sesuai kebutuhan. Ada yang ikut strika, ada juga yang ambil jemuran atau ada juga jajakan jualan dst dst. Keluarga kecil itu telah dibimbing oleh alam kemiskinan itu untuk bisa mengatasi masalah mereka sendiri. Persoalan kehidupan itu telah mampu membuat mereka lebih solid, lebih bekerja sama.

Ketika SMP, karena memang kondisi keuangan orang tua yang masih susah, dia masih harus  bekerja jadi  kondektur angkot. Jadi jualan ikan di pasar. Ikutan sebagai tenaga bantu  excavator  proyek, pada saat musim libur sekolah. Malah ketika di SMEA, dia sudah punya SIM dan bisa jadi jadi sopir angkot.

Bisa dibayangkan bagaimana ia bisa keluar dari Fak-Fak untuk melanjutkan pendidikan? Ini adalah tipikal masalah bagi remaja Kampung yang ingin melanjutkan pendidikan tetapi tidak punya uang dan saudara di Kota tempat pendidikan itu berada. Sesungguhnya, dari caranya hidup selama ini, sebenarnya dia sudah memiliki ketrampilan "cara hidup" di Kotanya, yakni kota Fakfak. Dihatinya dia sudah sangat PD ( percaya diri) bahwa sebenarnya dengan "ketrampilan" dan pengalaman hidup yang telah dipunyainya selama ini dia akan mampu hidup di Kota mana sajapun. Masalahnya dia lagi ngggak punya biaya untuk sekedar transportasi dan biaya pendaftaran untuk Kuliah. Tapi itupun dia percaya bisa mendapatkannya, itu sudah pasti. Masalahnya belum ketemu saja.

 Waktu itu dia putuskan berangkat ke Jayapura karena melihat teman-teman seangkatan nya pergi kuliah. Dia tahu, sebab teman-temannya memang sudah dari jauh jauh hari mempersiapkannya. Tetapi melihat teman-temannya pada berangkat. Dia lalu tertantang, kalau mereka bisa dan berani kenapa saya tidak? Dengan semangat seperti itulah Bahlil muda berangkat ke Jayapura. Soal nanti seperti apa? Ya bagaimana nantinya sajalah. Bahlil muda memilih berangkat ke Jayapura, karena pilihan itulah yang paling realistis. Keluarganya memang tahu kalau ia ke Jayapura tetapi hanya sebatas sebagai perantau bukan untuk Kuliah. Bahlil muda berangkat ke Jayapura. Saat itu dia hanya membawa ijazah, baju juga cuma punya tiga stel, ditambah SIM (Surat Izin Mengemudi). Dia berangkat tanpa Koper atau Tas, yang ada hanya KANTONG KRESEK. Dia naik Kapal Perintis, dari Fakfak ke Jayapura. Waktu itu lama perjalanan diperlukan waktu dua minggu baru tiba ke Jayapura, naik Kapal Perintis kan kondisinya juga sangat berbeda. Penumpang campur dengan kambing-kambing, kayu, keladi, sayur mayur dll semua campur baur.  Kapal Perintis saat itu memang demikian kondisinya. Tapi ya senang saja.

Bahlil ahirnya mendaftarkan diri ke perguruan tinggi Swasta. Di Akademi Keuangan dan Perbankan (Akubank) kini menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Port Numbay, Jayapura. Kehidupan baru pun harus dimulai. Alhamdulillah di dekat asrama ada Pasar. Pasar itu posisinya agak di dalam sekitar 70-100 meteran dari pinggir jalan. Jadi setiap jam 5 subuh dia sudah bangun lengkap dengan grobak, sebagai porter belanjaan. Yakni membawakan belanjaan para pengunjung pasar hingga ke pinggir jalan ke tempat angkot lalu lalang. Lumayan dari satu orang biasanya bisa dapat 200-250 rupiah. Pada hari berikutnya dia juga sudah siap dengan dagangan Koran lokal atau Koran Jakarta yang hari kemarin. Jual Koran juga ternyata menarik, minimal bisa beli makan sarapan hingga makan siang, bahkan kalau lagi untung kisa dapat sampai beli makan malam. Bahlil muda sudah bisa melihat peluang itu, memang tidak mudah tetapi jalannya sudah ada. Bahwa hasilnya tidak seberapa, tidak masalah.  Bahwa jalan seperti itu berat ya..benar benar berat..tapi ada jalan keluarnya.

Pengalaman hiduplah yang membuat ia bisa berintegrasi dengan lingkungannya. Masa-masa itu adalah tahun-tahun 97-98, dimana pemerintah Orde Baru mengalami keterpurukan ekonomi yang parah. Demonstrasi ada dimana-mana yang menuntu perbaikan. Bahlil muda terpanggil, ikut demo, disamping tetap cari makan sendiri dan biayai kuliah. Pada semester ke lima, Bahlil muda malah suda terpilih jadi Ketua Senat Mahasiswa. Pergerakan mereka ini bisa dikatagorikan masuk pada Angkatan 66. Menurut Bahlil mereka termasuk angkatan 66 di Jayapura. Jadi kalau disebut angkatan 66 Jayapura, ya mereka inilah pelakunya.  Semester 5 Bahlil sudah jadi ketua senat, setelah itu semester 6 dia mulai berpikir bahwa dia harus menghentikan kemiskinan ini. Waktu itu tekad nya mengatakan begini, kemiskinan harus distop. Kemiskinan ini paling tidak baik. Masih tahun itu juga, dia bersama-sama kawan kawannya mendirikan perusahaan keuangan berbasis IT., dia jadi Direkturnya dengan gaji bulanan 35 juta/bulan. Nggak kebayangkan? Tapi tiulah Bahlil muda, sejak saat itu dia terus membangun bisnisnya dan merambah keberbagai bidang. Nggak ada hambatannya.

Catatan : Tulisan ini disarikan dari Buku Setiap Asa Bertabur Nikmat. Sumber tulisan, foto dlsb tidak bisa kami tampilakn pada tulisan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun