Mohon tunggu...
Harkit Sihombing
Harkit Sihombing Mohon Tunggu... Teknisi - HMPS

Setiap tangan menciptakan kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Hilangnya Kosakata Bahasa Batak

22 Juni 2019   01:57 Diperbarui: 22 Juni 2019   01:59 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2000, kami pindah dari Pintu Bosi Onan Ganjang ke Kotamadya Tebing Tinggi. Di Onan Ganjang bahasa penutur sehari-hari berbahasa Daerah Batak Toba. Bisa dikategorikan Orang Pintu Bosi tidak pandai berbahasa Indonesia. 

Jika ada google translet atau kamus online saat itu, barangkali kami akan sering menerjemahkan bahasa Indonesia ke bahasa Batak Toba. Kaku, dan lidah itu janggal menuturkan bahasa lain selain bahasa Batak Toba. Pun di sekolah, guru selalu menerangkan dengan bahasa Batak Toba supaya anak didiknya paham (mengerti). Ketika itu, guru kami akan memilih objek yang ada di lingkungan kami untuk menjelaskan mata pelajarannya. Lebih memilih kata 'taganing' untuk menjelaskan apa itu drumben dalam pengenalan alat musik. 

Sebab drumben itu sesuatu yang asing kala itu. Kebiasaan itu terbawa sampai di kota. Ketika pertama jadi anak kota Tebing Tinggi, grogi dan canggung berinteraksi dengan teman baru. Apa yang aku tuturkan mesti dalam bahasa Indonesia sepertinya yang diperdengarkan mereka adalah bahasa Batak. Hal ini membuat pribadiku mememilih menjadi pendengar dari pada pembicara. Atau lebih baik menuliskannya saja.

Sosmed yang begitu eksis dan digemari masyarakat Indonesia ini mempunyai peran bagi anak muda-mudi selalu berinteraksi berbahasa Nasional. Anak kecil yang tinggal di kampung asal pun sudah pandai dan memilih menuturkan berbahasa Indonesia. Bablasnya, bahasa daerah itu tergantikan. 

Bukan hanya gaya hidup yang menggantikan bahasanya, tetapi kemajuan jaman now memaksa bahasa Batak itu terikut arus dengan bahasa yang populer dijamannya. Lebih sering penutur bahasa Batak sehari-hari mangatakan "Tamulai ma" dari pada "Tabuhai ma" yang artinya dalam bahasa Indonesia "Kita Mulai (Awali)".

Ciptaan luar yang lebih simpel dan mempunyai kemasan menarik turut menggantikan penuturan. Anggir dirgantikan shampoo, martup digantikan sauna. Parapara, soban, tataring, banyak tak dikenal karena hadirnya Magic Jar dan alat pemasak air listrik pun sudah tersedia. 

Ungkapan dalam penggalan umpasa "Bungkulan na di ginjang parasaran ni borongborong" artinya dalam bahasa Indonesia bubungan yang di atas tempat bersarangnya kumbang, itu sudah sulit menjelaskannya secara objektif ke generasi milenial akibat rumah modern yang terbuat dari rangka besi (baja). Masih banyak faktor yang membuat bahasa Batak itu seakan lenyap.

Bahkan, bagi generasi milenial untuk menuturkan bahasa daerah di jaman ini dianggap kampungan (kuno). Dengan semakin sedikit penuturnya, kemungkinan besar dan pastinya akan banyak kosakata bahasa Batak itu terlupakan dan tergantikan. 

Melalui literasi, suatu upaya untuk melestarikan bahasa tersebut. Yayasan Pelestari Kebudayaan Batak yang cikal bakal dari medsos facebook Group Palambok Pusu-pusu turut ambil peran  melalui penerbitan buku Anakhonhi do hamoraon dan mengadakan agenda menarik setiap perdua minggu bertajuk Pollung na Marimpola di Rumah Budaya Tonggo, Medan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun