Mohon tunggu...
harkaman 123
harkaman 123 Mohon Tunggu... Guru - Lakukanlah apa yang kamu cintai, dan cintailah apa yang kamu lakukan

Belajar itu seperti kasih ibu, ia berlaku sepanjang masa.......

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merenungi Firman Allah, Mengimani Perbedaan

24 Januari 2020   07:19 Diperbarui: 24 Januari 2020   07:21 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bumi sudah berusia jutaan tahun. Apa yang kita saksikan saat ini berbeda dengan kemarin, juga apa yang akan kita saksikan esok hari. Banyak perubahan akan terjadi di alam semesta. Ia akan terus berubah hingga akhir zaman. 

Manusia merupakan bagian dari alam semesta memastikan dirinya secara otomatis turut mengalami perubahan. Baik itu perunahan fisik ataupun non-fisik. Dengan demikian, tidak ada manusia dapat berada dalam posisi dan kondisi yang tetap. 

Juga, tidak akan ada manusia yang sama persis dengan manusia lainnya. Hal inilah meniscayakan adanya perbedaan di antara manusia Kendati demikian, kita tidak menafikan adanya kesamaan dalam diri manusia.

Perbedaan merupakan sunnatullah. Di dalam AL-Qur'an disebutkan bahwa:

"Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu." (al-Maidah/5: 48)

Apakah kita pernah mentadabburi ayat tersebut atau belum? Al-Qur'an hanya sekadar bacaan bila tidak berupaya meraih ibrah (pelajaran). Sebagai seorang muslim sejati yang taat kepada agamanya, maka ia akan semakin menghormati orang lain yang berbeda dengan dirinya. 

Bukan sebaliknya, siapa yang berbeda dengannya dialah musuh. Seharusnya ketaatan itu diwujudkan dengan berlomba-lomba mengerjakan kebaikan sebagaimana yang terkandung dalam surat al-Maidah ayat 48. Seorang muslim yang berhasil melakukan perenungkan, ia merasa gelisah bila ada perbuatannya tidak mengandung unsur kebajikan.

Sekarang di manakah posisi kita? Apakah kita termasuk orang yang gelisah, jika tidak melakukan suatu kebajikan ataukah mungkin termasuk orang-orang yang senang melihat orang lain menderita.

Ada ayat al-Qur'an yang tidak kala menariknya untuk direnungkan, yaitu surat al-Hujrat ayat 13:

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. 

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun