Langit Jakarta petang itu kelabu. Awan menggantung rendah, seperti hendak menumpahkan gerimis yang tak kunjung jatuh. Angin mendesir pelan di sela-sela bangunan, menyusup di antara orang-orang yang melangkah terburu-buru di trotoar. Di sebuah kafe kecil di sudut kota, Hadi duduk menatap layar ponselnya, takzim, seakan-akan pesan yang baru saja masuk adalah kitab yang hendak menentukan nasibnya.
"Halo, Hadi. Lama sekali ya tidak berkomunikasi. Apa kabar? Tami di sini."
Tami. Nama itu muncul seperti gema dari masa lalu, mengusik lapisan-lapisan kenangan yang sekian lama ia kubur dalam-dalam. Ada getar halus di dadanya, semacam debar yang sudah lama ia kira tak akan pernah ia rasakan lagi. Bertahun-tahun lalu, ia pernah berdiri di bawah pohon angsana di halaman sekolah, menatap Tami dari kejauhan---gadis yang tak pernah bisa ia miliki, tak peduli seberapa lama ia menunggu.
Jari-jarinya kaku saat membalas pesan itu.
"Tami, apa kabar? Lama banget ya. Aku baik-baik saja. Kamu bagaimana?"
Balasan datang lebih cepat dari yang ia duga.
"Aku baik, cuma... ada banyak hal yang ingin aku ceritakan. Tapi mungkin lebih baik kalau kita ngobrol langsung. Aku sudah 11 tahun jadi single parent, punya tiga anak... Suami aku meninggal karena kecelakaan motor di daerah Wates. Gimana dengan kamu?"
Hadi terdiam. Kata-kata itu menggantung di udara, seolah menyisakan jejak yang lebih panjang dari yang bisa ia cerna. Ia membayangkan Tami, sendirian di kota yang asing, membesarkan anak-anaknya tanpa pasangan yang mendampinginya. Dunia telah menempanya dengan cara yang kejam, tetapi ia tetap bertahan.
Di balik layar ponselnya, ia berusaha membayangkan kehidupan yang telah dilalui Tami. Seorang perempuan yang pernah menjadi pusat perhatiannya, kini berdiri di persimpangan yang sama sekali berbeda. Bayangan masa lalu mereka seperti membentang di kejauhan, terpisah oleh dinding waktu dan kenyataan hidup yang tak bisa dihindari. Tami bukan lagi gadis SMA yang penuh canda dan tawa, melainkan seorang ibu yang telah menghadapi badai kehidupan dengan caranya sendiri.
Ada jeda yang cukup lama sebelum akhirnya Hadi membalas.