Mohon tunggu...
Abdul Haris
Abdul Haris Mohon Tunggu... Bankir - Menulis Untuk Berbagi

Berbagi pemikiran lewat tulisan. Bertukar pengetahuan dengan tulisan. Mengurangi lisan menambah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

7 Alasan Pentingnya Mengurangi Penggunaan Uang Tunai

21 Agustus 2016   22:02 Diperbarui: 21 Agustus 2016   22:28 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

(4) Uang Tunai Tidak Higienis

Perpindahan uang sangatlah cepat dari tangan satu ke tangan lainnya. Jaminan higienitas uang tersebut tentu tidak ada. Banyak pakar kesehatan menginformasikan bahwa penularan penyakit dapat melalui persentuhan kulit dengan barang. Hal tersebut tentu dapat pula terjadi pada uang yang kita pegang.

(5) Repotnya Uang Kembalian

Anda mungkin pernah mengalami pengembalian uang berupa permen? Atau tawaran kasir untuk mendonasikan uang kembalian Anda? Itu semua dapat terjadi bukan karena toko tersebut dermawan tetapi karena toko tidak mau repot menyediakan uang pecahan kecil untuk pengembalian. Mereka seringkali kurang persiapan menyediakan uang logam pada saat memulai aktivitas jual belinya. Pengembalian seharusnya merupakan bagian dari proses transaksi yang wajib menggunakan uang. Secara logika, tidak dibenarkan penggantian dengan barang lainnya (misalnya permen).  

(6) Transaksi Tunai Rawan Korupsi

Inilah yang menjadi alasan utama pemerintah terus menggalakkan transaksi non tunai. Dalam praktek sehari-hari. Perpindahan dana secara tunai sangat rawan penyalahgunaan, seperti pungli, korupsi, atau penggelapan. Kejahatan itu rawan terjadi pada transaksi layanan publik. Kontrol arus kas uang Negara pun sulit dilakukan dan kebocoran dana sangat mungkin terjadi apabila transaksi dilakukan secara konvensional. Penyebabnya yaitu tidak adanya kepastian kebenaran pencatatan manual yang dilakukan petugas layanan. Berbeda apabila transaksi dilakukan secara non tunai (misalnya melalui transfer ke bank), akuntabilitas laporan aliran dana dapat lebih dipertanggungjawabkan karena tercatat melalui sistem komputerisasi.

(7) Transaksi tunai mulai ditinggalkan Negara maju

Kita tidak asing lagi dengan istilah smart city. Sebuah kota pintar yang menerapkan tata kelola aktivitas masyarakatnya dengan bantuan teknologi. Dalam smart city, berbagai transaksi yang dilakukan penduduk didalamnya menggunakan sistem non tunai  berupa transfer melalui bank atau menggunakan alat pembayaran kartu. Sebut saja pembayaran angkutan umum, pajak, layanan kesehatan, layanan umum lainnya dan transaksi perdagangan (e-commerce) dilakukan tanpa uang tunai. Sistem ini dipelopori oleh Negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa.

Dalam pelaksanaannya, smart city memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi masyarakatnya, terutama dalam bertransaksi. Atas alasan itu, Negara-negara berkembang mulai menerapkan sistem serupa. Tidak ketinggalan Indonesia, banyak kota besar yang sudah menjalankan sistem smart city secara bertahap, dimulai dengan perubahan budaya dari transaksi tunai ke non tunai.   

***

Itulah 7 hal yang melatarbelakangi ajakan mengurangi penggunaan uang tunai. Memang perlu disadari bahwa merubah budaya transaksi uang tunai yang sudah mengakar berabad-abad bukan pekerjaan mudah. Tantangan terbesarnya adalah faktor budaya. Banyak masyarakat kita yang belum merasa nyaman membeli barang atau membayar sesuatu tanpa melakukan pemindahan uang secara fisik. Atau, rasa kurang percaya diri jika dompet tidak berisi banyak uang. Itu semua wajar, mengingat berbagai layanan non tunai (ATM, kartu kredit, uang elektronik, dll) belumlah membumi, terutama untuk masyarakat di remote area. Banyak diantara masyarakat yang belum memahami pemanfaatan fasilitas non tunai. Meskipun demikian, dengan makin sadarnya masyarakat akan kemudahan dan berbagai kenyamanan dari transaksi non tunai, pengalihan budaya dari bertransaksi menggunakan uang tunai menjadi non tunai bukan hal yang mustahil beberapa tahun ke depan.     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun