Lalu di mana peta Yogyakarta dalam pusaran industri startup ini? Masih sebatas menjadi tukang. Anak-anak Jogja (atau lulusan PT di Jogja) masih dijadikan tenaga-tenaga teknis level menengah. Separti yang dilakukan Gojek ketika awal-awal membangun aplikasi.
Lalu kenapa tidak atau belum ada lulusan asal Jogja yang jadi pendiri perusahaan Startup leve unicorn. Bisa jadi, ekosistem usaha indutri digital di Jogja memang belum terbentuk. Yang kedua, barangkali, kurikulum dan ekosistem kampus-kampus di Jogja masih mempersiapkan lulusannya menjadi "karyawan".
Salah satu tokoh masyarakat Yogyakarta Bambang Soepijanto mengingatkan bahwa dunia telah berubah, dan perguruan tinggi di Jogja juga harus mengubah mindset-nya. Sistem pendidikan di Jogja (dan umumnya di Yogyakarta) masih sangat terkotak-kotak dengan batas bernama fakultas. Anak jurusan manajemen yang ingin memperdalam dunia e-commerce akan kesulitan mencari mata kuliah tentang pemrograman atau pembuatan web tingkat dasar. Karena memang di Fakultas Ekonomi tidak disediakan mata kuliah itu.
Pengambilan mata kuliah di luar fakultas yang bersangkutan akan sangat mengalami hambatan birokratis. Inilah yang coba dijebol oleh BINUS yang mempermudah  mahasiwa matematika yang juga ingin belajar pemrograman. Kampus ini menyediakan double-degree untuk kedua jurusan itu.
Di samping itu, BINUS sangat adaptif dalam merespon tuntutan industri. Saat bahkan mereka sudah membuka jurusan Games Application, Mobile Application dan Cyber Security. Bandingkan dengan univeritas terbaik di Yogya (sebut saja UGM) yang bahkan belum punya jurusan khusus di bidang IT. Bidang IT di UGM masih bergabung dalam satu jurusan dengan Departemen Teknik Elektro, di bawah Fakultas Teknik.
Univeritas Indonesia sudah berinisiatif mendirikan Fakultas Ilmu Komputer, lepas dari Fakultas Teknik. Sedang di ITB, TI memang masih bersatu dengan Teknik Elektro, tapi statusnya sudah bukan jurusan/departemen tapi sudah fakultas.
 UGM dan perguruan tinggi di Yogyakarta memang harus berbenah. Ilmu computer hari ini adalah lokomotif perkembangan zaman. Agak aneh kalau  menempatkan ilmu itu dalam lingkup yang sempit. Apalagi bila jurusan / fakultas ilmu komputer di bawah koordinasi Dekan yang tidak berasal atau memiliki displin ilmu computer. Sudah pasti imu computer di kampus itu akan ketinggalan.
Paling tidak, hari ini, kita melihat Yogyakarta ketinggalan jauh dari Jakarta, Depok dan Bandung. Tidak usah kita membandingkan dengan Harvrad atau Stanford. Dan gambaran di atas sdikit banyak bisa menejlaskan : kenapa tidak lahir startup berbasis TI dari Yogyakarta dengan skala unicorn.
BACA JUGA
Kapan Sinyal 5G Masuk Yogyakarta?Â
Siapa Pemain Asing Yang Akan Dibeli PSS Sleman?