Mohon tunggu...
Muhammad Harir
Muhammad Harir Mohon Tunggu... -

Saya dulu udah pernah menjadi kompasianer sejak 2011, tapi kok pas mau login lupa paswordnya ya, tanpa pikir panjang saya memutuskan untuk buat akun lagi deh. \r\n\r\nHarirsilk hanyalah sebuah nama keren-kerenan (nama samaran) yang hanya saya pakai di dunia maya (internet), sedangkan nama asli yang sesuai dengan akta kelahiran saya itu bernama MOH HARIR, tetapi kebanyakan orang kalau menulis nama saya adalah MUHAMMAD HARIR dan biasa dipanggil HARIR.\r\n\r\nLahir di kampung daerah Pati, besar di Pati separunya lagi setelah lulus Aliyah (SMA) langsung merantau ke Semarang sambil menjalani Kuliah Gratisan (beasiswa orang kurang mampu), alhamdulillah setelah lulus kuliah gratisan bisa melanjutkan kuliah lagi S1 dan S2 dibeberapa Perguruan Tinggi Swasta terkemuka.\r\n\r\nSaat ini umur 25 tahun, pastinya asli jawa berkulit sawo matang dan gak jelek-jelek amat, anak orang kampung bapak lulusan SD emak Lulusan Aliyah (SMA), beda dengan Makde saya walaupun lulusan SD tapi anaknya bisa jadi menteri PDT (mas Marwan Jafar) pada kabinet kerja Jokwi.\r\n\r\nHobi apa aja bisa, tapi dalam hal kekhususan bisa buatin desain grafis, mainin raket (bulu tangkis), mainin vespa dan pernah juga mainin hati perempuan. Sebenarnya wisata kuliner juga menjadi hobi kalau pas disaat lagi punya uang banyak. Udah, Sementara itu aja sih ;)\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di UNISSULA Jangan Sampai Salah Masuk Organisasi Agar Tak Terdiskriminasi

22 Maret 2015   19:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:17 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

UNISSULA - Kali ini saya hanya mencoba untuk mengekspresikan pendapat saya mengenai situasi dan kondisi beberapa organisasi yang mungkin telah mendapatkan diskriminasi dari pihak kampus baik itu secara langsung maupun tidak langsung, hal itulah yang membuat saya merasa sangat prihatin ketika melihat kondisi kampus akhir-akhir ini masih belum bisa bersikap dewasa dalam menyikapi keberadaan organisasi baik itu yang bersifat ekstra maupun intra kampus (badan otonom dan/atau badan semi otonom).

Kampus UNISSULA, saya ibaratkan sebagai wahana, rumah dan tempat untuk membebaskan belenggu-belenggu kebodohan dan ketertindasan. Keanekaragaman hayati kampus terkhusus aktivis yang tergabung pada organisasi yang beraliran kanan, kiri, atas maupun bawah, bahkan sampai yang tak punya arahpun seolah-olah belumlah bisa hidup berdampingan dengan sesama organisasi di kampus tercinta ini.

Walaupun saat ini saya dianggap sebagai mahasiswa pasca sarjana yang hampir saja meninggalkan kampus, sejauh manapun saya akan pergi dan sedalam luka yang ditorehkannya sewaktu saya masih berada dikampus dan sampai kapanpun juga saya tetaplah mahasiswa agak terkenal dan agak terbaik yang pernah dimiliki oleh kampus.

Lha bagaimana tidak terluka, kalau dari dulu hingga sekarang UNISSULA tidak pernah tuntas akan konflik internal kampusnya (konon katanya, karena dahulu raja Sultan Agung juga terkenal dengan konflik internal dalam kerajaannya), hal itu bisa dilihat seperti adanya tuduhan-tuduhan yang dilakukan oleh pihak kampus kepada salah satu organisasi yang diduga berideologi kuminis. Naasnya lagi, UNISSULA sudah kebobolan dengan adanya organisasi islam radikal sesat dan sesaat yang sampai sekarang masih belum terlihat kebenarannya.

Bisa saja orang-orang luar maupun dalam kampus beranggapan bahwa ISIS, Teroris maupun sejenisnya (institusi Islam phobia) benar-benar ada di UNISSULA. Bagaimana tidak, lha wong hampir disetiap harinya kita akan sangat gampang sekali menemui orang-orang yang berfashion ala ketimur tengahan sepertihalnya perempuan berjilbab besar-besar bahkan ada yang bercadar, pemuda bercelana cingkrang / congklang dengan jidat kehitam-hitaman. Tapi kalian tak perlu khawatir alias, tenang, tenang, dan jangan panik, toh selama ini kan belum ada BOM yang ditemukan dikampus. Kalau saya mau jujur sih sebenarnya di UNISSULA masih banyak persoalan-persoalan yang belum tuntas (hal itu seperti mengatasi kemacetan dijakarta yang belum tuntas atau kasus pembunuhan munir yang sampai saat ini belum juga terungkap. Banyak banget deh pokoknya). Akan tetapi mulai dari sekarang saya mencoba untuk tetap memandang kampus tercinta ini dengan mata yang lebih positif.

Ya beginilah UNISSULA, dimana para mahasiswanya ada beberapa yang tercatat sebagai aktivis dalam Organisasi Mahasiswa, kira-kira banyaknya hampir 40%, baik itu dalam organisasi beraliran kanan (organisasi berafiliasi dengan parpol), aliran kiri (organisasi yang katanya membela kepentingan rakyat dan anti kebijakan kampus maupun pemerintah), aliran atas (organisasi sok eksklusif) maupun aliran bawah (organisasi sok-sokan radikal). Memang sih variatif sekali, tapi keberadaan mereka sebenarnya ada beberapa yang mendapatkan diskriminasi oleh pihak kampus. Dengan tagline BUDAI (Budaya Akademik Islam) yang selalu digembar gemborkan oleh kampus, seolah-olah pihak kampus anti dengan yang namanya hal-hal yang bertolak belakang dengan syariat-syariat Islam. Sehingga kiranya jika ada organisasi-organisasi yang dimata mereka agak berbahaya tanpa pikir panjang mereka langsung menjastifikasi bahwa organisasi tersebut mempunyai ideologi yang ekstrim, sepertihalnya Kuminis, Marxis, Marxis Leninis (padahal setahu saya sih dari semua organisasi yang ada dikampus tidak ada yang memakai ideologi tersebut). Sedihnya lagi setelah saya mendengar penjelasan dari adik-adik liting saya bahwa Wakil Rektor III akan membuat kebijakan baru yang pada intinya bertujuan untuk membatasi adanya organisasi ekstra masuk kampus (kayak jaman ORBA aja). Disitulah kadang saya sangat merasa ilfil se ilfil ilfilnya terhadap kampus tercinta ini. Menurut saya sih yang sudah dilakukan oleh pihak kampus tersebut sangatlah tidak demokratis sekali. Karena pihak kampus sudah tidak lagi memberikan ruang-ruang kepada organisasi untuk bisa bebas dalam berekspresi dan berpendapat (itu namanya pelanggaran HAM dong).

Herannya lagi saya itu, kenapa dari beberapa organisasi yang ada di UNISSULA terkhusus bagi organisasi yang dengan bangganya mengaku dirinya sebagai organisasi aliran Kananlah, Kirilah, Ataslah ataupun Bawahlah, kok ya tidak membuat suatu pergerakan atau perlawanan untuk menentang adanya diskriminasi tersebut (memang mbageti sekali mahasiswa sekarang ini).

Kira-kira seperti itulah kondisi UNISSULA sekarang ini, jika kalian masih berstatus sebagai mahasiswa dan ingin menjadi seorang aktivis, maka saya sarankan untuk bisa menentukan pilihan terhadap organisasi yang anda sukai, karena setiap organisasi pastinya mempunyai maksud dan tujuan berbeda-beda (hati-hati, jangan sampai salah masuk aliran, ntar bisa gawat lho!!!), atau jika kalian ini sebagai dosen maupun pejabat birokrasi kampus bersikaplah demokratis (jangan malah sok-sokan demokratis) dan juga jangan asal-asalan untuk mencoba memanfaatkan kekuasaan maupun jabatan dalam setiap membuat suatu kebijakan yang tidak berpihak kepada seluruh civitas akademik, soalnya kalau nanti ketemu dengan mahasiswa yang mempunyai jiwa semangat untuk berlawannya masing menggelora, kalian bisa-bisa akan didemo terus-terusan tiap hari.

Sebenarnya tulisan ini merupakan sebuah uneg-uneg saya yang sempat tertunda dikala saya masih aktif dalam organisasi yang pernah saya pimpin, yah walaupun saya ini merasa sebagai salah satu orang yang pernah didholimi oleh kampus, tetapi kecintaan saya terhadap kampus masih seperti dahulu (walupun dulu sebenarnya pernah ilfil sebentar). Mungkin cukup itu saja sih.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun