Mohon tunggu...
hariadhi
hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Editor, designer, entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wan Daeng yang "Zuhud", Masjid Luar Batang, dan Sepeda Motornya

27 Oktober 2018   22:16 Diperbarui: 27 Oktober 2018   22:38 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat jadi mengerti begitu terlambatnya kami semua saat berusaha memadamkan kebencian dari Aksi 411 dan 212, sehingga berakibat turunnya elektabilitas Ahok secara luar biasa dari sekitaran 50-60 persen, dalam beberapa bulan saja menjadi 40 an persen dan akhirnya kalah. 411 dan 212 hanyalah gunung es. 

Kalau boleh jujur, dari hasil perenungan beberapa komentar habib, jemaah, dan orang di sekitar Luar Batang, sebenarnya bukan masalah intoleransi penyebabnya. Karena mereka sendiri sebenarnya tidak keberatan andai ada perbedaan pilihan politik di dalam satu masjid.

Pun saat terakhir saya mengakui bahwa saya salah satu relawan Jokowi, mereka yang saya ceritakan tidak terlihat dendam atau mengambil jarak. Mereka hanya menyayangkan kenapa Jokowi tidak pernah datang lagi berkunjung, seolah hanya memanfaatkan kunjungannya dulu untuk meminta dukungan dari para habib. Luka kecil itu bisa dengan mudah diobati dengan kunjungan langsung sekali lagi oleh tokoh yang sudah jadi presiden tersebut. 

Over confidence dan keengganan merajut hubungan jangka panjang adalah sebuah kelemahan yang harus kita akui dari Ahok, dan saya melihat saat di penjara, Ahok pun berusaha memperbaikinya. Namun seperti orang bilang, paku yang tertancap mungkin bisa dicabut, tapi sisa tancapannya tidak akan pernah hilang. 

Dan yang terpenting, pelajaran besar dari kekalahan Ahok adalah pembangunan saja, manfaat terhadap ekonomi saja, bisa jadi tidak cukup, bahkan mungkin bukan yang terpenting bagi rakyat kita. Tentu kita membutuhkan kemajuan, namun itu semua bisa lenyap dalam seketika dari benak mereka saat sebuah ucapan atau tindakan menyakiti hati mereka. 

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
Momen makan bersama #3lauk10ribu di Masjid Luar Batang saat 17 Ramadhan mungkin hanya sebagian kecil dari usaha pelipur lara dan menyatu kembali. Ia menyatukan kembali dua pihak yang pernah tersakiti oleh seorang Gubernur, Warga Masjid Luar Batang, dan para ibu-ibu korban penggusuran di Rusun Pulogebang. Ternyata mereka bisa diajak beramah tamah dan bekerja sama dalam mewujudkan event yang tak disekati kepentingan politik apalagi menjelang Pilpres 2019 ini. 

Untuk bisa melupakan tragedi Pilkada 2017, kita semua butuh waktu yang sangat lama. Forgiven, but not forgotten. Tapi saya yakin sebagai bangsa, kita masih bisa mengusahakan sesuatu yang positif untuk Jakarta, dan lebih penting lagi, Indonesia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun