Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menghalalkan Toba

6 September 2019   00:31 Diperbarui: 6 September 2019   00:42 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri
Sayangnya usul ini langsung dijawab dengan meledak-ledak, meledek-ledek, bahkan terkesan anti kritik. Dari berbagai caci maki yang masuk ke mention saya, rata-rata terlihat menjatuhkan secara personal, bahwa saya bukan orang Toba, tak usah berkomentar, bahwa saya tidak tahu apa-apa tentang Toba.

dokpri
dokpri
Bahkan yang paling lucu, sudah saya lihatkan dua bukti foto saya sudah berkeliling Toba, masih juga ngotot kalau saya ini tidak pernah benar-benar ke Toba. Sampai Silalahi tempat saya berhenti pun diributkan, katanya ada Tao Silalahi dan Huta Silalahi, ada pula marga Silalahi. Dibuatlah kesan kalau tidak mengerti ketiganya, maka saya tidak pantas bicara soal kuliner Toba.

Duh Toba bikin Tobaaat...

Berkali-kali saya tegaskan, bahwa saya bukannya mendukung pembangunan Toba sebagai Kawasan Wisata Halal. Tidak pula saya meminta supaya lapo babi dan BPK dimusnahkan dari Toba. Tentu saja itu ide konyol dan tidak menghargai kearifan lokal. "Coba buktikan mana dari tweet saya yang menyatakan babi harus dihapuskan dari Toba," Demikian tantangan saya berkali-kali. Setiap kali disebutkan begitu, lalu penyerang saya terdiam lama, lalu menghilang, dan besoknya datang lagi dengan caci maki dan tuduhan yang sama.

Sungguh disuksi yang tidak berisi, tidak asik!

dokpri
dokpri
Yang saya maksudkan dan bayangkan hanyalah pusat informasi, yang bisa menerangkan, misalnya, kalau saya mau makan mie gomak yang sepenuhnya vegetarian tanpa tambahan bahan hewani sedikitpun, di warung yang mana? Adakah warung yang sama menjual makanan tidak halal? Ini penting karena seperti saya sebutkan tadi, bahwa yang cukup fanatik dengan aturan halal-haram akan meributkan peralatan yang digunakan saat memasak apakah tercampur dengan masakan daging babi?

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
"Itu baru ikan arsik dan mie gomak, bagaimana jika misalnya ada turis yang mencari saksang namun versi halal, seperti yang dibuat Lapo Bonga-Bonga milik Rahung di Cipete?" Tentu pertanyaan ini perlu dijawab dan dipecahkan.

Ada yang bertanya, kalau cuma cari makanan halal, kan rumah makan minang banyak? Atau bawa aja popmie, siram pakai air, sudah makan makanan halal juga kan?

"Lah ya masak jauh-jauh ke Toba makannya nasi padang?" Terus terang saya agak kesal menjawab pertanyaan seperti ini. Membangun sebuah kompleks wisata (tidak harus dengan tema halal ya), tentu harus memikirkan kesatuan. Apa indahnya jika saya mencatat pengalaman saya menikmati sunset di Danau Toba dengan makanan mie instant? Akan lebih indah jika pemandangannya Toba, orang-orangnya berbudaya Toba, oleh-olehnya Toba, makanannya yang dicicipi pun dari Toba...

Maka, turis muslim pun rasanya berhak untuk mendapatkan experience lengkap seperti ini dari kunjungan mereka ke Danau Toba. Walaupun mereka tidak bisa menikmati sepenuhnya hingga ke masakan babi, anjing, dan darah karena masalah iman,  namun banyak cara untuk memperkenalkan kekayaan kuliner Batak dan Karo, untuk mereka bawa pulang dan ceritakan kepada keluarganya di rumah nanti.

Itulah mengapa yang saya usulkan adalah Pusat dan Jaringan Informasi Makanan Halal, sama sekali berbeda dengan ide Kawasan Wisata Halal. Tak perlu pelabelan, tidak perlu standarisasi ini itu. Cukup keterangan lengkap cara mencari makanan apa ada di mana dan bahan-bahannya apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun