Mungkin kasihan melihat saya yang celingak-celinguk tak bisa makan babi, pemilik warung menawarkan, "Makan Mie Gomak saja." Saya terheran-heran. "Apa itu mie gomak?"
"Serius, halal?" Tanya saya tak begitu yakin. Terakhir kali saya mencoba masakan spring roll di Vietnam, penjualnya menyatakan itu makanan vegetarian, namun kemudian bos saya menertawakan karena memang spring rollnya vegetarian, tapi kuahnya pakai lemak babi. Saya langsung tersedak, rasa minyak babinya lengket di langit-langit sampai seminggu kemudian.
Saya search di internet, bertemu berbagai resep Mie Gomak. Ada memang yang pakai bumbu kacang. Namun tak sedikit juga yang memuat berbagai resep Mie Gomak dengan potongan daging babi. Tentu saya agak ragu...
Saya foto lagi Mie Gomak dalam keadaan warung sedang ribut-ribut tentang Ratna Sarumpaet yang sibuk mencampuri upaya pencarian kapal yang tenggelam di Danau Toba. "Bikin repot kalinya perempuan itu," Teriak pemilik warung yang disambut tawa berderai pengunjung lainnya. "Iya, malu kita nganggap dia orang kita juga," kata yang lain menimpali. Â "Udah ga jelas itu dia." Saya tersenyum mendengarkan pembicaraan mereka, sambil mengupload fotonya di Facebook berbarengan dengan minuman soda sarsaparilla khas Sumatera Utara, Cap Badak. Tampaknya minuman ini benar-benar dianggap representasi kuliner di Provinsi ini, sehingga menimbulkan komentar riuh.
Tapi lagi-lagi beberapa kerabat dan keluarga saya mengingatkan dengan penuh khawatir, kalau Mie Gomak pun perlu dihindari karena dikhawatirkan mengandung babi.
Tentu saja saya yang sudah mendengarkan penjelasan dari penjualnya, dan juga sudah mencoba sendiri, tak ada jejak minyak babi di masakan ini. Tapi tetap saja ketidaktahuan, ditambah kurangnya akses informasi menyebabkan berbagai kesalahpahaman mengenai kuliner Toba, Mie Gomak dan Ikan Arsik salah satunya.
Maka itulah yang kemudian saya ajukan, "Kalau teman-teman di Toba memang keberatan  Toba dijadikan kawasan wisata halal, kenapa tidak dibuatkan pusat informasi makanan halal?" Sambil memberikan informasi, memang saat melintasi bagian barat Danau Toba, mencari informasi makanan halal sulit. Itu sebuah kenyataan yang memang saya hadapi saat mengunjungi Danau Toba tahun 2018.
Tentu bukan berarti saya menyatakan bahwa sedikit atau tidak ada sama sekali makanan halal. Ini jauh berbefa dengan pernyataan saya, bahwa "Mencari makanan halal di Toba itu sulit!" Yang jadi masalah adalah ketersediaan dan akses informasi, bukan masalah makanan halalnya ada atau tidak.
Dan sebagai turis yang mengunjungi Toba, bukan hanya soal benar-salah, ada atau tidaknya rumah makan halal, namun soal persepsi yang terbentuk saat kita memasuki Toba. Sebagai contoh saya yang diperingatkan berbagai macam orang saat mengupload foto-foto makan-makan saya ke media sosial, tentu menciptakan pengalaman annoying alias menyebalkan.