Masih bagian dari perjalanan saya dan Tommy Bernadus dari Jakarta, Cirebon, Pekalongan, hingga akhirnya sampai di Semarang, saya masih usil ingin menikmati kuliner ekstrim.Â
Saya ingat sekitar 9 tahun lalu menikmati sate keong di pagi hari, sambil menunggu pemberian penghargaan Festival Kreatif. Dari Pekalongan, kami memutuskan naik kereta yang hanya sekitar Rp 130 ribuan.Â
Maka setelah berkeliling sebentar di Stasiun Semaran Tawang yang instagrammable abis, kami mencari hotel di sekitaran Simpang Lima yang terkenal karena jajanannya.Â
Usai mandi dan istirahat sebentar di Hotel Airy Tri Lomba Juang 24A, saya mengajak Tommy jalan-jalan di tengah malam. Tapi sayangnya setelah jalann sebentar kami berbeda pendapat makanan apa yang harusnya dinikmati.
Akhirnya kami berpisah, dan saya lebih memilih melihat-lihat dulu makanan di sana. Bertemulah saya dengan pecel dengan nama aneh, Pecel Koyor.Â
Rasa pecel yang pedas manis dengan bumbu kacang, ditingkahi koyor yang lebut namun elastis menambahkan kenikmatan tersendiri. Masih tak puas, saya tergoda tawaran penjualnya, "Tahu pong sekalian, mas?"Â
Saya jadi teringat waktu kuliah dulu makan tahu pong gimbal di Taman Mini, dan porsinya kecil. Tapi ternyata begitu selesai dimasak, tahu pong yang datang besar sekali porsinya! Â Mau tak mau saya harus habiskan, sampai kenyang berat dan ngantuk. Setelah itu saya pulang dan langsung tidur.