Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Sate Keong Semarang, Ngangenin!

16 Agustus 2019   06:39 Diperbarui: 16 Agustus 2019   06:45 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sate Keong Semarang dari situs TripAdvisor

Masih bagian dari perjalanan saya dan Tommy Bernadus dari Jakarta, Cirebon, Pekalongan, hingga akhirnya sampai di Semarang, saya masih usil ingin menikmati kuliner ekstrim. 

Saya ingat sekitar 9 tahun lalu menikmati sate keong di pagi hari, sambil menunggu pemberian penghargaan Festival Kreatif. Dari Pekalongan, kami memutuskan naik kereta yang hanya sekitar Rp 130 ribuan. 

sumber: dokpri
sumber: dokpri
"Ayo nanti makan sate keong ya," Tommy seperti biasa melihat saya dengan tatapan aneh. Ni anak ga ada habisnya cobain yang ga wajar, mungkin begitu pikirnya. 

Maka setelah berkeliling sebentar di Stasiun Semaran Tawang yang instagrammable abis, kami mencari hotel di sekitaran Simpang Lima yang terkenal karena jajanannya. 

Usai mandi dan istirahat sebentar di Hotel Airy Tri Lomba Juang 24A, saya mengajak Tommy jalan-jalan di tengah malam. Tapi sayangnya setelah jalann sebentar kami berbeda pendapat makanan apa yang harusnya dinikmati.


Akhirnya kami berpisah, dan saya lebih memilih melihat-lihat dulu makanan di sana. Bertemulah saya dengan pecel dengan nama aneh, Pecel Koyor. 

sumber: dokpri
sumber: dokpri
"Apaan sih, maksudnya koyor?" sambil membuat video, saya mencoba memesan seporsi. Ternyata pecel koyor itu pecel yang ditambahkan koyor alias urat sapi, atau kalau dalam bahasa minangnya tunjang. 

Rasa pecel yang pedas manis dengan bumbu kacang, ditingkahi koyor yang lebut namun elastis menambahkan kenikmatan tersendiri. Masih tak puas, saya tergoda tawaran penjualnya, "Tahu pong sekalian, mas?" 

Saya jadi teringat waktu kuliah dulu makan tahu pong gimbal di Taman Mini, dan porsinya kecil. Tapi ternyata begitu selesai dimasak, tahu pong yang datang besar sekali porsinya!  Mau tak mau saya harus habiskan, sampai kenyang berat dan ngantuk. Setelah itu saya pulang dan langsung tidur.

sumber: dokpri
sumber: dokpri
Pagi harinya, setelah berkeliling dan melakukan mapping UMKM di sekitar hotel, saya kedatangan tamu istimewa. Mas Deyna datang dan kami pun makan Soto Pindang Sapi, bercakap-cakap sebentar soal politik dan calon presiden yang nanti akan maju tahun 2024. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun