Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berburu Si Asing-Aseng di Tengah Indahnya Morowali

21 Februari 2019   10:13 Diperbarui: 8 April 2019   00:57 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Serius, Pak. Kalau ada lowongan buat anak desain, saya mau deh kerja di sini," kata saya tertawa-tawa di tengah mobil yang membawa kami berkeliling Kompleks industri Morowali, sore hari tanggal 21 Februari 2019 itu. "Yakin kamu, tahan hidup di sini? Hahaha." Kata Pak Dedi. Tentu saja dia bercanda. Morowali sangat indah dan bikin kangen. Hanya saja agak sepi dibanding keriuhan Jakarta.

Ya, Morowali sebenarnya spot kecil di Sulawesi. Sebelum industri pengolahan nikel dibangun di sini, menurut orang-orang sekitar jumlah penduduk aslinya hanya di angka ribuan. 

Setelah dibangun, yang mengisinya ya para pekerja yang pulang pergi nine to five (di beberapa divisi yang bekerja non stop, dibagi 3 shift). Yang tak cukup tabah dan ingin berjuang memperbaiki nasibnya, jelas tidak akan bertahan di kawasan nan hening, kecuali bunyi pabrik dan mobil truk pengangkut material hasil tambang.

img: dokpri
img: dokpri
"Rokok? Ada di koperasi, Bang! Nanti tunggu ada mobil Panther yang bisa bawa ke luar hotel, ke seberang pantai yang sebelah sana lagi." Kata seorang penjaga wisma yang ditanyai oleh rekan kami Mumu. Terbayang sulit sekali untuk mendapatkan sekadar kesenangan di sini.

img: dokpri
img: dokpri
Ke manapun mata memandang, hanya ada pantai indah dan para pekerja lokal menuju tempat kerja. Rata-rata motornya tak bisa dibilang murah. Motor sport, bukan bebek. 

"Di sini memang seperti itu. Mereka kerja diberi makan full. Tinggal pun di kostan murah di sekitar. Sehingga punya cukup uang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya." Jelas salah seorang pemandu kami.

img: dokpri
img: dokpri
Dan benar saja, saat sampai di tempat memasak, seorang petugas yang sedang sibuk mengupas wortel memberi penjelasan, "Sebulan kami bisa bawa pulang 5 juta bersih. 

Memang Gaji Basic nya paling 2-3 juta sekian. Tapi karena kesibukan, kadang overtime, tambah tunjangan, bisa banyak sekali bawa pulang duitnya." Gaji itu kemudian mengalir, berputar, dan menghidupi denyut nadi Morowali yang awalnya terpencil kini mulai maju. Warung-warung kini mulai berdiri di sekitar pabrik.

img: dokpri
img: dokpri

Gaji itulah yang menjadi sebab kenapa ada demonstrasi di Morowali yang kemudian menjadi awal merebaknya isu demo Tenaga Kerja China. 

"Padahal yang kami protes itu soal kenaikan Upah Minimum Sektoral Kabupaten," katanya. Kebetulan saat demo ada TKA lewat, terekam kamera, lalu ditambah-tambahi oleh keisengan IDN, seorang bujang lapuk kurang kerjaan dari Bogor yang saat ini sudah diciduk Bareskrim. Ia iseng menambah-nambahi komentar mengenai TKA china, utang, dan nasib warga Ughyur yang entah apa hubungannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun