Mohon tunggu...
Harfei Rachman
Harfei Rachman Mohon Tunggu... Freelancer - An Un-educated Flea

Aku, pikiran yang kamu takkan bisa taklukkan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki Itu Bernama Krip

22 Juli 2018   08:01 Diperbarui: 22 Juli 2018   08:16 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: twitter.com/EmoSheepy123

Krip memandang kanan-kirinya. Semuanya manusia. matanya merayap dari sudut ruangan hingga ke meja-meja yang disesaki oleh manusia-manusia. Mata Krip menjalar dari seorang Ibu yang tengah menemani anaknya bermain hingga ke depan matanya. Seorang wanita berhijab yang tengah memainkan ponselnya. Krip tidak peduli, sudah biasa dia menatap tipe manusia dengan model seperti itu. Tidak ada yang menarik.

Lama menunggu antrian, Krip melihat ke samping kirinya, ada sebuah tempat sampah besar. Tiba-tiba dia memutuskan untuk meludah ke tempat sampah tersebut. Namu ada seorang bapak-bapak bermuka oriental di belakangnya lalu menegur Krip. "Heh Bos, kalau ngeludah itu di kamar mandi, jangan di depan mata saya." cerutunya. 

Krip menoleh pelan dan memicingkan matanya. "Saya lagi antri pak, perut saya sudah lapar. Saya tidak mungkin keluar antrian demi membuang ludah saja, setidaknya saya punya etika membuang ludah ke tempat sampah daripada." Krip pun tersenyum aneh, membuat Bapak itu dan keluarganya sedikit ketakutan. "Da.. daripada apa?" tanya Bapak tersebut. 

"Membuang ludah itu di wajah bapak." seketika Bapak itu murka, dan ingin menghajar Krip. Namun baru ancang-ancang sebelum berkelahi, perkelahian itu sempat diredam oleh orang-orang terdekat. Dan pihak keamanan tersebut memaksa Krip dan Bapak itu ikut ke dalam ruangannnya. 

Dalam ruangan tersebut, ada sebuah meja dimana ada empat kursi, Krip duduk di salah satu kursi. Tetapi Bapak itu malah mengambil kursi di seberang Krip, namun Kepala Security sedikit berdehem dan mengintruksikan Bapak tersebut untuk duduk di samping Krip. 

"Saya boleh meminta KTP bapak-bapak." seketika wajah Krip  tegang karena dia ingat KTP-nya hilang entah kemana. "Ma... maaf Pak, tapi KTP saya tengah diperpanjang dan..." jawab Krip ketakutan. "Halah alasan tuh Pak, cek aja tas sama dompetnya. Pasti ada tuh." kata Bapak tersebut sambil menyimpan rasa murka ke arah Krip.

Kepala keamanan pun menegurnya dan memintanya untuk diam. Lalu membuka tas dan dompet, hanya ada selembar 100 ribuan dan kartu-kartu yang tidak penting. Seketika Bapak itu tertawa kecil, dan sekali lagi Petugas itu menegur sang Bapak. "KTP bapak mana?" tanya petugas tersebut. Dan dengan bangga Bapak tersebut memamerkan isi dompetnya yang tebal dan berisi kartu-kartu nama perusahaan dan rekan-rekan bisnisnya, kartu debit dari berbagai macam Bank ternama, lengkap dengan kartu kredit.

"Orang kaya kok masih suka kreditan." sindir Krip sambil geli menahan tawa. Bapak itu menoleh sejenak, sedikit kesal namun petugas pun kali ini menegur Krip. Lalu dia melihat KTP dari bapak tersebut. Nama Bapak itu bernama Lucky Natawijaya. Seketika Krip tertawa heboh sendirian. "Bhuahahaha nama Bapak persis yang saya pikirkan, kalau disingkat nama bapak digabung jadi Luck-Nat. Persis yang saya pikirkan." tawa Krip hingga Petugas pun memukul meja di depannya dan berkata "Sekali lagi kamu tertawa, saya tidak akan segan-segan membawa kamu ke pihak yang berwajib. Lagipula kamu tak punya KTP" kata Petugas tersebut. Bapak Luck-Nat pun tersenyum penuh kemenangan dan masih menyimpan rasa dongkol terhadap Krip.

Lalu petugas tersebut menatap Krip dengan tajam, "Nama Kamu siapa anak muda?" 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun