Dalam sebuah wawancara dengan musisi angklung buhun Ciptagelar yang akrab dipanggil Ki Dai, beliau memaparkan arti dari tembang ciptaannya yang berjudul Nyoreang jeung Nyawang. nyoreang dalam bahasa Indonesia berarti menapaki masalalu dan nyawang artinya ialah berfikir kedepan, nyoreang jeung nyawang berarti mengingat masalalu untuk berfikir kepada masa depan, dalam tembang ini Ki Dai meperingati kita untuk menjaga alam.Â
"Cai, Hawa jeung taneuh teh meunang na timana ? Ti alam tangtuna"Â Ucap Ki Dai, menurutnya air, udara dan tanah kita dapat kan dari alam, oleh sebab itu kita harus menjaganya. "Tinu ngajaga alam, atuh bisa ngahirupan budak jeung incu"Â Ucap Ki Dai, menurutnya apa yang tersedia di alam pergunakan secukupnya, "Kebon sok pelakan ku tangkal kai, Legok sok pelakan lauk, sawah sok pelakan pare" Ucap Ki Dai, artinya tanami pohon kayu di kebun, kolam isilah oleh ikan dan sawah tanami padi.
Untuk keberlanjutan kehidupan, masyarakat Kasepuhan Ciptagelar telah memiliki adat yang mengaturnnya, seperti kayu untuk bangunan harus diambil dari kebun dan tidak boleh diambil dari hutan lindung dan tidak boleh menjual padi.Â
dari dua contoh peraturan adat tersebut kita bisa melihat sebuah sistem adat yang menunjang untuk kehidupan masa depan, kayu tidak boleh diambil dari hutan karena lama kelamaan akan habis maka dari itu masyarakat Kasepuhan harus mengambil dari kebunnya, dan tidak boleh menjual padi ialah suatu hukum adat yang berusaha menghilangkan kelaparan, dengan tidak menjual padi masyarakat kasepuhan Ciptagelar membuat sistem untuk ketahanan pangan, karena mereka beranggapan bahwa menjual padi ialah dosa besar, saya melihat bahwa sistem adat ini bukan hanya patuh tanpa ada arti apa apa, akan tetapi tidak menjual padi artinya kita dapat mandiri dalam urusan pangan.