Salah satu tahap perkembangan yang ada pada manusia di mulai sejak bayi adalah berbicara. Tahapan ini juga merupakan salah satu bagian yang harus kita perhatikan sejak dini karena dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk mengetahui dan mengindetifikasi ada atau tidaknya gangguan pada perkembangan seorang anak. Menurut (Azizah, 2017) berbicara dapat digunakan sebagai sebuah keterampilan mental-motorik yang melibatkan langsung koordinasi antara kumpulan otot mekanisme suara yang berbeda dengan kemampuan mengaitkan arti terhadap bunyi yang dihasilkan.
Seiring waktu bertambahnya usia anak, terlihat pula bagaimana perkembangan kemampuan berbicara anak tersebut. Kemampuan berbicara yang dimiliki oleh seorang anak tentu tidak selalu sama dengan anak yang lain. Ada anak yang mengalami perkembangan berbicara begitu cepat namun ada pula yang mengalami keterlambatan perkembangan berbicara. Seorang anak dapat dianggap memiliki kemampuan berbicara yang baik jika bisa membuat bunyi atau suara yang sesuai dengan tingkat usianya. Sebaliknya, jika perkembangan berbicara anak secara signifikan berada di bawah rata-rata anak seusianya maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut mengalami keterlambatan berbicara atau speech delay (Leung & Kao, 1999).
Dalam keadaan seperti ini, orang tua diharapkan mampu memberi perhatian lebih karena keterlambatan berbicara dapat mempengaruhi kehidupan anak di masa yang akan datang. Deteksi dini keterlambatan berbicara pada anak merupakan hal yang sangat penting supaya dapat dilakukan intervensi sedini mungkin agar anak memiliki waktu yang lebih lama untuk mengejar perkembangan kemampuan berbicara mereka (Tan, Mangunatmadja, & Wiguna, 2019).
Anak yang mengalami keterlambatan bicara atau speech delay dapat di identifikasi maupun di deteksi berdasarkan kemampuan si anak yang berbicaranya lebih lambat daripada teman seusianya. Contoh ciri khas anak yang mengalami keterlambatan bicara adalah kecenderungan anak untuk mengeluarkan ucapan kata-kata yang tidak jelas dan tidak tepat sehingga menyebabkan miskomunikasi antara anak dan orang lain serta kecenderungan anak yang hanya memberikan respon non verbal terhadap stimulus (Istiqlal, 2021).
Diperlukan adanya perhatian orang tua dan orang-orang sekitar pada setiap tahapan berbicara anak. Contoh beberapa kewaspadaan yang perlu diperhatikan oleh orang tua antara lain, saat anak berusia 0-6 bulan perlu diwaspadai jika tidak ada babling (ocehan) dan anak tidak menoleh saat dipanggil namanya dari belakang; saat usia 6-12 bulan waspadai apabila anak tidak menunjuk dengan jari pada usia 12 bulan dan ekspresi wajah yang kurang; saat usia 12-18 bulan waspadai bila tidak ada kata yang keluar secara jelas saat usianya 16 bulan; serta saat usia 18-24 bulan orang tua perlu waspada jika tidak ada kalimat 2 kata yang dapat dimengerti oleh orang sekitar.
Keterlambatan bicara atau (speech delay) pada anak dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1) Speech delay fungsional, yaitu dimana gangguan ini tergolong ke keadaan ringan dan biasanya terjadi karena kurangnya stimulus atau pola asuh yang salah.
2) Speech delay non-fungsional, yaitu keadaan dimana gangguan ini merupakan sebuah akibat karena adanya sebuah gangguan bahasa reseptif, seperti pada autism atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) yang dialami oleh anak.
Ada beberapa faktor yang dianggap mampu dalam mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak, diantaranya yaitu tidak adanya model yang dapat ditiru oleh anak, motivasi yang rendah pada anak untuk berbicara, serta kurangnya kesempatan yang dapat dimiliki oleh anak untuk berbicara. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sudarwati dan Manipuspika
 (2019), faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya keterlambatan berbicara pada anak yaitu ketidak mampuan anak untuk fokus dan menaruh atensi terhadap suatu hal dan perbedaan bahasa yang dipelajari oleh anak dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Selain itu, gangguan pendengaran, autism, dan adanya hambatan pada syaraf dan otak juga merupakan faktor yang menyebabkan anak mengalami keterlambatan bicara.
Penegakan diagnosis pada anak dengan speech delay membutuhkan pendekatan berupa multidisiplin oleh dokter-dokter yang terkait. Tata laksana keterlambatan bicara bergantung pada penyebabnya, dan juga melibatkan langsung kerja sama antar dokter terkait, orang tua dan terapis wicara.