Mohon tunggu...
Hanzizar
Hanzizar Mohon Tunggu... Pengamatiran

Pengamat sosial, penulis, pembelajar yang ikut mengajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sunset di Tanah Anarki dan Bali yang Tak Sempat Bernafas

12 September 2025   12:15 Diperbarui: 12 September 2025   12:15 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sunset Bali (Sumber: Detikcom)

Bali hidup dari sebuah keyakinan bahwa alam, manusia, dan para dewa harus seimbang. Itulah ajaran Tri Hita Karana, itulah jalan dharma yang diwariskan leluhur. Di tanah ini orang percaya pada karma, bahwa setiap perbuatan pasti kembali, baik atau buruk. Tetapi lihatlah Bali hari ini, keseimbangan itu sedang diinjak-injak oleh persekongkolan para penguasa dan investor yang hanya memuja beton dan angka keuntungan.

Banjir yang merenggut nyawa di tanah suci ini bukan kebetulan. Ini adalah buah dari karma pala, hasil dari keserakahan yang menguruk sawah, menutup saluran air, dan merampas ruang hidup rakyat. Air yang seharusnya menghidupi, kini datang sebagai kematian. Dalam bahasa Bali, ini bukan sekadar banjir bandang, ini adalah murka bhumi ketika harmoni dilanggar.

Superman Is Dead sudah lama menyanyikan peringatan itu. "Sunset di Tanah Anarki" adalah jeritan sekaligus doa. Mereka menegaskan bahwa keindahan Bali hanyalah bayangan jika rakyatnya terus dipaksa menanggung luka. Lirik mereka adalah suara tat twam asi, aku adalah kamu dan kamu adalah aku. Ketika rakyat menderita, sejatinya seluruh Bali pun ikut menderita, termasuk mereka yang kini mabuk kuasa.

Dalam filosofi Hindu Bali, dharma harus menuntun setiap kebijakan. Tetapi yang kita lihat justru adharma, jalan gelap yang menukar kebenaran dengan keuntungan. Para pemimpin yang seharusnya menjadi pelindung justru ikut dalam persekongkolan si berat, membiarkan investor merusak keseimbangan. Mereka lupa bahwa karma tidak bisa disuap.

Bali bukan hanya pulau wisata. Ia adalah tanah suci, pulau dewata, tempat setiap pura berdiri untuk menjaga harmoni. Namun, harmoni itu kini retak. Bhuta kala yang seharusnya ditundukkan dengan upacara justru dilepaskan dalam wujud beton dan kerakusan. Dan ketika banjir datang menghanyutkan rumah dan nyawa, itu adalah tanda bahwa dharma sedang dipanggil kembali.

Superman Is Dead berdiri di sisi rakyat, mengingatkan bahwa musik bisa jadi yadnya, persembahan untuk kebenaran. Mereka mengajarkan bahwa suara perlawanan adalah cara menjaga keseimbangan. Karena sunset di tanah anarki tidak hanya indah, ia juga adalah cermin karma yang menunggu giliran.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun