Mohon tunggu...
Hanzizar
Hanzizar Mohon Tunggu... Pengamatiran

Pengamat sosial, penulis, pembelajar yang ikut mengajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pekerjakan Disabilitas, Pom Bensin Shell Mengisi Hati!

15 Mei 2025   09:53 Diperbarui: 15 Mei 2025   09:53 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bang Rian Petugas SPBU Shell (Sumber: Tribun Jakarta)

Momen itu terpaut dalam ingatan saya seperti lukisan yang tak pernah pudar. Wajahnya, senyumnya, dan gestur sederhana ketika beliau menyambut yang mengisi tangki kendaraan roda 4 saya yang nyaris kosong di SPBU Shell MT Haryono, tepat di bawah gemerlap stasiun LRT, meninggalkan jejak mendalam. Sosoknya yang bernama Bang Rian, atau mungkin Bang Ryan?

Saya lupa namanya, tapi namanya cukup familiar dengan nama orang Indonesia---dengan postur tidak menjulang dan gerakan yang terbatas---menghadirkan dimensi baru dalam konsep pelayanan. Bravo HRD Shell!

Tanpa keramahan artifisial. Tanpa teatrikal pelayanan. Hanya autentisitas yang memancar murni dari jiwa. Usai transaksi, bibirnya melengkung sempurna, mengucap, "Semoga harinya baik, Pak." Sejak momen sakral itu, saya dengan sukarela mengeluarkan rupiah lebih untuk bahan bakar. Sebab, saya menyadari bahwa saya sedang menginvestasikan sesuatu yang jauh melampaui nilai oktan: sebuah manifestasi kemanusiaan sejati.

Bang Rian adalah insan penyandang disabilitas. Namun, tanpa pemberitahuan eksplisit, mungkin tak seorang pun menyadarinya. Karena beliau bekerja dengan penuh dedikasi, presisi absolut, dan ketulusan mendalam yang memicu pertanyaan reflektif dalam benak: "Bagaimana nasib institusi-institusi berlambang burung garuda yang masih menilai esensi manusia dari ketinggian tubuh dan pigmen latar merah pada potret diri?" Sebuah ironi yang menikam.

Shell tidak sedang memproduksi fenomena supranatural. Mereka hanya menjalankan protokol yang seharusnya menjadi standar universal: memanusiakan eksistensi. Namun, dalam ekosistem profesional yang terlampau lama membesarkan ego birokrasi dan estetika artifisial, aksi fundamental seperti ini justru terasa bagai revolusi paradigmatik. It's not rocket science, just basic humanity!

Di tengah lanskap karier yang masih terpesona pada penampilan eksternal dan menjadikan struktur fisik sebagai prasyarat utama memasuki ranah profesional, Shell berdiri tegak sebagai anomali. Bukan sekadar anomali, tetapi pionir visioner.

Karena ketika BUMN masih terjebak dalam parameter tinggi badan minimal, massa tubuh ideal, hingga simetri wajah dan resonansi vokal sebagai kualifikasi, Shell justru membuka gerbang lebarnya untuk mereka yang selama ini hanya mampu mengamati dari koridor periferal dunia kerja.

Dan esensinya bukan sekadar soal inklusivitas superfisial. Ini tentang substansi nilai. Tentang keberanian untuk mengakui bahwa manusia tidak diukur dari proporsi wajahnya, melainkan dari bagaimana ia berkontribusi, melayani, dan memberi dengan segenap eksistensinya. Karena sejatinya, "Urip iku urup" -- hidup itu menyala dan menerangi sekitarnya, bukan sekadar ada dan memenuhi standar visual.

Sren Kierkegaard, filsuf Eksistensialis Denmark, pernah menuturkan, "To be a human being is not a fact, but a task." Menjadi manusia bukanlah status otomatis. Ia adalah misi sakral yang wajib diperjuangkan dalam setiap hembusan napas. Dan pada hari yang penuh makna itu, Bang Rian---di tengah keterbatasannya yang superfisial---telah menyelesaikan tugasnya sebagai representasi kemanusiaan dengan kesempurnaan yang mengagumkan.

Di sisi kontras, korporasi-korporasi plat merah yang diklaim dibangun untuk rakyat, paradoksalnya masih menjadikan fisik rakyat sebagai hambatan sistemik. Mereka bersembunyi di balik ramifikasi aturan yang sarat diskriminasi implisit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun