Mohon tunggu...
Hany Fatihah Ahmad
Hany Fatihah Ahmad Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

hmm apa ya

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kesalahpahaman dalam Memaknai Generalisasi

5 Juli 2020   13:09 Diperbarui: 22 Februari 2022   23:55 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Kalian pasti pernah mendengar seorang teman mengatakan  "Semua orang Surabaya sudah pasti sikapnya kasar ", padahal ia hanya pernah menemui beberapa orang Surabaya. Jika ada seorang teman yang mengatakan hal semacam itu, tandanya ia telah melakukan generalisasi. Tetapi, ia melakukan kesesatan dalam men-generalisasi suatu keadaan.

Karena pernyataan "semua orang Surabaya sudah pasti bersikap kasar" diambil secara tergesa-gesa, sedangkan fakta bahwa ia hanya pernah menemui beberapa orang Surabaya, yang dijadikan dasar tidak cukup mendukung pernyataan tersebut. Ia belum melakukan observasi terhadap semua orang Surabaya, sehingga pernyataanya tidak bisa dipertanggung jawabkan dan memiliki probabilitas yang rendah.

Menurut KBBI, Generalisasi adalah

1. Perihal membentuk gagasan atau simpulan umum dari suatu kejadian, hal, dan sebagainya.
2. Penyamarataan.

Menurut ilmu logika, pengertian generalisasi yang sudah saya sederhanakan dari tulisan salah satu Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta  Dr. Fariz Pari, M. Fils. yang berjudul Ilmu Logika, Generalisasi adalah proses berpikir manusia saat memprediksi kejadian yang akan datang berdasarkan pengalaman yang sama berulang kali, terhadap realitas objek yang sama.

Sedangkan, Generalisasi yang dipahami oleh sebagian masyarakat kita hanyalah penyamarataan. Penyamarataan terhadap fenomena satu dengan fenomena lainnya. Kasarnya, sebagian masyarakat menganggap generalisasi mempunyai arti yang dekat dengan cocoklogi.

Sehingga generalisasi selalu memiliki makna yang peyoratif. Padahal, generalisasi merupakan 'proses berpikir' yang wajar dilakukan oleh manusia walaupun kebenaran yang dihasilkan bukanlah kebenaran mutlak. Kebenaran yang dihasilkan dari proses mengeneralisasi tidak pernah mencapai kebenaran mutlak.

Tetapi kebenaran yang memiliki probabilitas tinggi atau rendah. Tentu akal kita dapat menentukan  manakah kebenaran yang memiliki probabilitas tinggi dan probabilitas rendah setelah melakukan proses generalisasi. Untuk mengukur tinggi atau rendahnya probabilitas kebenaran, dapat dianalisa dari fakta yang dijadikan dasar seseorang melakukan generalisasi.

Contoh mengeneralisasi yang tepat ialah ketika para ilmuwan fisika dan kimia sepakat mengatakan bahwa "semua logam akan memuai jika dipanaskan", tentu saja para ilmuwan sudah melakukan observasi dan melalui banyak penelitian terhadap semua jenis logam.

Dan memang terbukti semua jenis logam akan memuai jika dipanaskan walaupun harus dipanaskan dengan suhu yang berbeda-beda. Sehingga pernyataan para ilmuwan tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

Jadi, jangan pernah mengatakan "ih gaboleh mengeneralisasi" , tapi katakan "ih fakta yang dijadikan dasar mengeneralisasi kamu belum tepat". Mulailah mengeneralisasi dengan fakta-fakta yang dapat dipertanggungjawabkan, supaya makna generalisasi tidak terdengar dekat dengan cocoklogi dan hal-hal negatif lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun