Mohon tunggu...
Hanvitra
Hanvitra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus Departemen Ilmu Politik FISIP-UI (2003). Suka menulis, berdiskusi, dan berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Radikalisme dan Literasi Islam di Indonesia

6 Juli 2019   07:00 Diperbarui: 6 Juli 2019   07:05 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Maraknya radikalisme atas nama agama akhir-akhir ini tidak bisa dilepaskan dari bacaan para pelakunya mengenai nilai-nilai agama. Tidak bisa dinafikan, para pelaku radikalisme ini hanya membaca buku-buku agama tertentu yang menyebabkan mereka menjadi radikal. Bahan-bahan bacaan tersebut sudah ditentukan oleh para mentor keagamaan mereka.

Buku-buku yang diperintahkan untuk dibaca kebanyakan karangan penulis dari Timur Tengah. Para penulis tersebut membakar semangat jihad generasi muda untuk mengorbankan diri atas nama Tuhan dan agama. Di sini, para mentor keagamaan mereka mencoba membentuk pemahaman yang sempit atas nama jihad.

Buku-buku ini sebenarnya bukan buku-buku baru. Banyak dari buku-buku ini sudah beredar sejak dekade 80-an ketika gerakan-gerakan keislaman marak di kampus-kampus di Indonesia. Pada masa kebangkitan gerakan Islam tersebut, buku-buku tersebut dapat ditemui di toko-toko buku yang khusus menjual buku-buku semacam itu. 

Buku-buku ini luput dari perhatian pemerintah karena  tidak memiliki ISBN. Buku-buku ini membakar semangat dakwah di kalangan mahasiswa muslim pada dekade 80-an hingga 90-an.

Pada pengajian-pengajian tertentu, para peserta pengajian diwajibkan membaca buku-buku  tertentu yang akan dibahas dalam pengajian mereka. Mereka tidak diperbolehkan atau bahkan dilarang membaca buku-buku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kelompok keagamaan mereka.

Hal ini menyebabkan pemikiran keagamaan mereka menjadi tertutup. Buku-buku Islam dari kelompok-kelompok lain haram dibaca. Bahkan mereka dilabeli agen zionis, sekular, liberal, dan lain sebagainya. 

Dan  hal ini terus berlangsung hingga sekarang. Organisasi mahasiswa dan pemuda Islam tertentu mengharuskan calon pesertanya untuk mengalami indoktrinasi dengan membaca buku-buku tertentu

Penerbitan buku-buku Islam tersebut dilakukan secara gelap sehingga tidak terjangkau tangan pemerintah. Penerbit-penerbit buku tersebut tidak terdaftar di lembaga resmi. Buku-buku radikal tersebut didistribusikan melalui kelompok-kelompok pengajian tertentu.

Penyebaran buku-buku radikal tersebut dilakukan ke seluruh Indonesia. Ghirah generasi muda yang masih labil tersentak dengan membaca buku-buku tersebut. 

Mereka merasa terpanggil untuk "membebaskan" dunia Islam atau bahkan lingkungan di sekitarnya dari "thagut" yang bersifat tiran. Buku-buku tersebut selalu membagi dunia secara hitam dan putih, muslim atau kafir.

Pandangan yang picik ini kemudian menyebar di kalangan muslim di Indonesia dan juga dunia. Hal ini juga menyebabkan menurunnya kadar toleransi di kelompok-kelompok tertentu. Kebancian terhadap Barat, non-muslim, dan agama lain selalu dipompakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun