Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa di Rezim Ini Selalu Kisruh?

24 September 2019   15:47 Diperbarui: 27 September 2019   10:58 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenapa keadaan negara di masa pemerintahan ini selalu rusuh? Ini judul yang agak-agak sama dengan judul sebuah tulisan di Kompasiana, hari ini. Penulis artikel tersebut  memaparkan jawaban yang mengarahkan bahwa ini semua kesalahan Jokowi, karena melemahkan KPK, mengakibatkan karhutla, dll. 

Negeri kita memang memanas terhitung mulai dari kasus Ahok yang dituding menista agama Islam. Sejak saat itu aksi demo marak di mana-mana menuntut Ahok dihukum penjara dan dipecat dari kedudukannya sebagai guberur DKI. Sukses. Ahok atau BTP dipecat dan mendekam dalam penjara 2 tahun.

Keinginan pendemo terkabul, tetapi bukan berarti masalah selesai, dalam artian suasana kembali aman dan damai. Selalu saja ada riak-riak kecil yang meletup-letupkan hawa panas, yang diakibatkan oleh kelompok yang gemar rusuh itu. Sasaran mereka kini tertuju pada Jokowi, dan memang banyak yang meyakini bahwa sasaran para perusuh ini adalah mengambil alih negara, menjadikan NKRI ini berbasis agama sesuai versi mereka. Pancasila dan UUD 1945 akan dilenyapkan diganti dengan sistem khilafah.

Bukan cita-cita baru sebenarnya, sebab keinginan ini sudah hendak tercapai ketika Republik ini masih "orok". Hari-hari pasca-Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, founding fathers merundingkan tentang apa yang akan menjadi dasar konstitusi negara yang baru lahir ini. Tokoh-tokoh muslim pasti mengusulkan negara berdasarkan syariah Islam, yang ditentang oleh tokoh berhaluan nasionalis dan non-muslim. Setelah ada ancaman dari kawasan timur (yang mayoritas Kristen) tidak akan mau bergabung dengan RI kalau negeri ini menganut sistem agama, para tokoh pun sepakat bahwa RI adalah negara kesatuan yang bhinneka tunggal ika.

Sekalipun demikian, upaya-upaya kelompok itu untuk menjadikan negeri ini berbasis keagamaan tertentu, tidak padam sama sekali. Selalu ada gerakan menuju ke sana, namun selalu diredam oleh rezim Soeharto dengan keras, sampai mereka tidak berkutik sama sekali. Keadaan berubah total setelah Soeharto tumbang. Era reformasi memberikan kebebasan bagi gerakan-gerakan agama itu untuk memperjuangkan cita-cita lama mereka. Bahkan sudah  terang-terangan dan berani mengibarkan bendera khilafah. Mereka aktif mempromosikan ide khilafah. Bahkan ketika hutan terbakar, dan para petugas berjibaku ke medan asap untuk memadamkan api, simpatisan kelompok ini justru ada yang dengan tenang membentangkan spanduk bertuliskan: Khilafah solusi memadamkan asap! 

Tapi sejauh ini upaya untuk menggeser PANCASILA tidak pernah berhasil sekalipun sudah banyak daerah-daerah yang menerapkan syariah. Namun Pancasila tetap sebagai dasar negara. Sebab kalau Pancasila sudah hilang, NKRI pun sudah tidak ada lagi. Disintegrasi. Tapi kaum ini tidak peduli soal disintegrasi, mereka hanya menginginkan negeri ini dikelola berdasarkan agama mereka. Yang lain itu masa bodoh! Begitu kira-kira tekad dan cita-cita mereka. Maka apa pun akan dilakukan untuk itu, termasuk dengan mendompleng Pilpres 2019 lalu.

Pesta demokrasi 5 tahunan itu sudah selesai dengan baik, lancar, jujur dan transparan. Jokowi dan Ma'ruf Amin sebagai pemenang akan dilantik pada 20 Oktober 2019 mendatang untuk periode 2019 - 2024. Sekalipun demikian, tidak berarti aman dan kondusif, selalu ada gejolak dan protes dengan tudingan "pilpres curang". Tidak peduli MK sudah menyidangkan segala permasalahan, namun tidak ada fakta atau kesaksian yang menggoyahkan kemenangan Jokowi - Ma'ruf. Namun begitulah, niat mereka sebenarnya bukan itu, tetapi memperjuangkan agenda lama, dengan cara apa pun, memanfaatkan lobang sekecil apa pun. Maka ketika sekarang ini ada gejolak, yang diawali dengan provokasi Papua, medio Agustus 2019 lalu, mereka memanfaatkan betul situasi tersebut.

Asap karhutla digiring sebagai kesalahan Jokowi, padahal gubernur Riau  dan wali kota Pekanbaru  yang paling parah terpapar asap, malah jalan-jalan ke luar negeri. DPR pun turut bikin andil dengan memaksakan pengesahan RUU Revisi KPK, KUHP, dan sebagainya itu. Semua aksi demo yang merespons ulah politikus busuk itu diarahkan untuk menjadi kesalahan Jokowi. Di mana ada kekisruhan, kegaduhan, pasti dimanfaatkan oleh kawanan ini untuk mencoba peruntungan. Bahkan sangat kuat dugaan bahwa merekalah sebenarnya "otak" dari segala keonaran ini, disokong oleh para maling, koruptor dan kroninya. 

Aksi demo mahasiswa dan masyarakat menolak RUU KPK, KUHP, RUU Agraria, dsb., itu diboncengi oleh mereka. Hari ini beredar sebuah video di medsos tentang beberapa orang tua yang dengan wajah sumringah ikut berdemo di depan Gedung DPR Senayan, Jakarta. "Juru bicara" sekelompok kakek ini menjelaskan bahwa aksi demo ini guna menarik perhatian MPR supaya mengadakan sidang istimewa, mencabut mandat dari Presiden Jokowi lalu menunjuk pemerintahan transisi. Tampak pintar padahal dungu. Semudah itukah memakzulkan seorang presiden? Hanya gara-gara asap dan ulah kawanan politikus busuk presiden disuruh mundur? 

Tapi itulah mereka, yang mendambakan kekisruhan dan aksi demo ini berlarut-larut, demi menggenapi hasrat buruk mereka. Bahkan mereka pun turut andil di sana. Maka ketika diajukan pertanyaan sesuai judul artikel ini: Kenapa rezim ini sering dilanda kerusuhan semacam demo dll? Jawabnya adalah karena mereka sendirilah yang membuatnya demikian. Pemerintah Jokowi sendiri, tulus bekerja untuk memajukan rakyat, bangsa dan negara, tetapi niat mulia ini diganggu oleh mereka yang tidak punya hati nurani.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun