Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Segera Pasang CCTV di Perempatan Hasyim Ashari-AM Sangaji

18 Juli 2019   11:45 Diperbarui: 18 Juli 2019   11:51 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wartakota-tribunnews.com

Bagi pengguna alat transportasi yang rutin melintasi Jalan KH Hasyim Ashari, dari arah Harmoni ke Grogol atau sebaliknya, pasti kerap merasa dongkol, stres, kesal, tersiksa pada jam-jam sibuk atau waktu-waktu padat jalan raya.

Pada jam-jam pulang kerja antara pukul 16.00 - 21.00, arus kendaraan sering macet dan tersendat. Walhasil, waktu tempuh dari Harmoni ke Grogol yang mestinya 10-15 menit, bisa menjadi hampir satu jam, atau bahkan lebih kalau tingkat kemacetan sudah parah.

Kalau dari arah Harmoni, kemacetan ini mulai terasa ketika mendekati perempatan Jalan AM Sangaji. Traffic light yang ada di sana menjadi seperti kurang berfungsi karena banyak pengendara yang kurang mematuhi lampu lalu lintas. Misalnya, sekalipun lampu lalu-lintas sudah berwarna merah, kendaraan dari arah AM Sangaji ke arah Petojo masih banyak yang melaju.

Hal yang sama juga diperbuat oleh pengendara dari arah lain. Maka ketika lampu sudah hijau, kendaraan yang mestinya mulai bergerak tidak dapat melajukan kendaraannya sebelum jalan di depannya "aman". 

Ketika sudah dirasa "aman", dan kenderaan mulai bergerak maju, beberapa detik kemudian lampu sudah merah. Pengendara dari arah lain yang sudah mendapat lampu hijau tidak peduli bahwa kendaraan dari sebelah masih bergerak.

Merasa sudah mendapat lampu hijau, mereka segera bergerak maju, padahal jalan di depan belum aman, karena dari arah lain yang sebelumnya hijau masih bergerak. Akhirnya beberapa kendaraan terjebak di tengah. Dengan kondisi semacam ini maka jalan pun macet di segala penjuru.

Pengendara yang punya kesadaran tinggi, biasanya langsung stop begitu lampu berwarna merah. Tapi dari ratusan pengendara pasti banyak juga yang bersifat ugal-ugalan, dan hanya tahu kepentingannya sendiri, apalagi mungkin mereka sedang terburu-buru.

Maka dalam kondisi seperti ini yang terjadi adalah "hukum rimba", siapa cepat dia yang jalan. Tetapi, tentu saja tidak semua pengemudi kendaraan--roda empat maupun roda dua--yang berperilaku sok semau gue seperti ini. Tapi gara-gara segelintir oknum itu, ratusan atau ribuan pengguna jalan pun jadi terkena imbasnya.

Pernah beberapa kali kendaraan umum yang digunakan penulis pernah tidak bergerak hampir satu jam dari jarak kira-kira 50 meter dari traffic light Jalan AM Sangaji dari arah Harmoni. Kejadian itu antara pukul 17.00-18.00. Entah sudah berapa (puluh) kali lampu pengatur lampu lalu-lintas itu berganti-ganti warna dari hijau-merah-kuning-hijau-merah..., kendaraan tidak beringsut. Kalaupun beringsut, paling dua-tiga meter, dst sampai akhirnya bisa lolos dari "neraka" itu. 

Lolos dari lampu merah belum tentu akan lancar sebab di depannya biasanya tetap ramai dan tersendat. Sebab beberapa ratus meter di depan masih ada perempatan Jalan Cideng Timur.

Maka diperlukan lagi kesabaran dan ketabahan untuk melalui perjalanan yang "panjang" itu. Begitulah keadaannya kalau jumlah kendaraan yang melaju setiap detik sudah melampaui kapasitas jalan. Petugas yang kebetulan berjaga di sana pun menjadi tidak begitu berpengaruh terlebih jika jumlah personilnya hanya segelintir, mencoba mengatur dan mengendalikan laju kendaaraan yang jumlahnya membeludak dari segala arah. 

Berdasarkan pengamatan penulis, permasalahan ini lebih banyak karena ulah pengemudi yang tidak berdisiplin dan bersikap masa bodoh dengan aturan. Maka untuk mengurangi kemacetan ini, harus banyak petugas yang stand by di sana setiap jam sibuk, berjaga di setiap ujung perempatan itu guna mencegah dan menyetop pengemudi nakal yang berusaha menerobos lampu merah.

Dan tentu bukan hanya di ruas Jalan Hasyim Ashari, di ruas-ruas jalan lain pun yang punya problem seperti di atas, harus dikawal selama jam-jam sibuk. 

Atau Pemda DKI Jakarta bisa juga menempatkan orang-orangnya di setiap persimpangan jalan sibuk dan macet seperti di AM Sangaji dan Cideng Timur ini. Beberapa waktu ini, penulis sering melihat petugas berkaos kuning dan bercelana coklat dan topi, menggerak-gerakkan tangan sebagai isyarat bagi pengemudi untuk terus melaju atau stop di perempatan-perempatan.

Saya heran kok petugas seperti ini malah tidak ada di perempatan-perempatan "parah" seperti disebut di atas pada waktu-waktu yang dibutuhkan seperti dipaparkan di tulisan ini? Cobalah Pemda DKI mendayagunakan tenaga-tenaga potensial semacam ini, misalnya dengan menugaskan mereka memalangkan kayu atau bambu ketika lampu menyala merah untuk menghambat laju kendaraan. Bagaimana Pak Gubernur  Anies Baswedan?

Dan yang mungkin cara yang paling jitu adalah memasang CCTV di ruas-ruas jalan tersebut. Penggunaan alat ini terbukti lebih efektif dan "ditakuti" oleh pengemudi nakal.

Beberapa waktu pegemudi mobil online yang kami tumpangi mendadak "santun" menjelang traffic light. Dari kejauhan, dia sudah melambatkan laju kendaraan sekalipun lampu di depan masih hijau. Dia mengaku kapok karena pernah mendapat surat tilang gara-gara pelanggarannya terekam CCTV.

Kiranya saran ini bermanfaat untuk mengurangi kemacetan lalu-lintas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun