Untuk membangkitkan energi listrik sebanyak 1MW per jam, diperlukan kurang lebih 1 -- 2 ton bahan baku kayu, maka diperlukan 400 -- 500 ha lahan untuk ditanami tanaman kaliandra merah. Tanaman kaliandra merah memiliki umur sekitar 15-20 tahun, dan setelahnya dapat ditanam kembali dari awal.
EFEK DOMINO BAGI MASYARAKAT
Dengan diperolehnya energi listrik dari tanaman, saya yakin taraf hidup masyarakat wilayah kepulauan terisolir dapat berkembang. Tercipta lapangan kerja baik untuk kegiatan penanaman, pemeliharaan, serta pemanenan tanaman, serta di pembangkit listrik. Dengan adanya energi listrik, kegiatan industri dari daerah tersebut dapat berkembang, seperti industri pengolahan kelapa, penyimpanan ikan serta pengolahan ikan menjadi surimi, serta dapat dikembangkan infrastruktur vital bagi masyarakat seperti puskesmas serta sekolah.
Dengan adanya konsep pengembangan tanaman serta pembangkit listrik secara lokal ini, secara langsung ekonomi masyarakat berkembang secara lokal, kekayaan lokal selama ini mungkin digunakan untuk membeli bahan pokok dari luar pulau, saya rasa dapat menjadi diputar secara lokal. Masyarakat yang menanam serta memanen tentu memperoleh penghasilan dari penjualan kayu, penghasilannya dapat digunakan untuk membeli listrik serta kebutuhan sehari-hari. Kemudian bagi pengembang listrik di wilayah ini tentu dapat memperoleh pendapatan dari penjualan listrik kepada masyarakat.
Ada sebuah industri lain yang dapat dimanfaatkan untuk masyarakat lokal, adalah membuat pellet kayu. Pellet kayu jangan diekspor keluar negeri ya! Pellet kayu memiliki kandungan energi yang lebih tinggi karena kering, memiliki bentuk yang uniform yang menghemat biaya pengangkutan dan transportasi. Pellet kayu dapat ditransportasikan ke wilayah lain yang kekurangan tanah subur ataupun sudah ditanami tanaman produktif untuk kebutuhan pangan. Diharapkan dengan adanya program tol laut dari Pak Joko Widodo, penggunaan bahan baku untuk PLTBm dapat direalisasikan.
Tanaman kaliandra merah telah diinisiasi di beberapa wilayah di Indonesia, Pulau Kundur, Pulau Sumba, Pulau Lingga, serta di Bangkalan, Madura. Sedangkan Pembangkit Listrik Gasifikasi Biomassa sepengetahuan saya sudah ada 3 unit di Indonesia, 1 di Pulau Kundur, 1 di Papua, serta 1 di Pulau Sumba
Kondisi di atas merupakan kondisi ideal yang relatif sulit untuk dikembangkan di Indonesia, tantangan infrastruktur, pembiayaan, geografis, serta kondisi wilayah terisolir sangatlah nyata. Mari membangun Indonesia!
 Hanjaya Ekaputra - budak korporat Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa