Mohon tunggu...
Hanif Al Faruqi
Hanif Al Faruqi Mohon Tunggu... Mahasiswa

Anak singkong tapi suka makan nasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menakar Ulang Peran Pemuda bagi Indonesia

19 Oktober 2025   00:10 Diperbarui: 19 Oktober 2025   15:57 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Unplash-Nicolas Lobos 

Pemuda adalah harapan bangsa”, ungkapan tersebut sering kita jumpai pada pembahasan-pembahasan dengan tema pemuda. Namun hal itu bukan tanpa alasan, dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, pemuda adalah mereka yang berusia 16 sampai dengan 30 tahun. Fase tersebut merupakan fase puncak dalam siklus kehidupan manusia, dimana kemampuan akal dan fisik berada dalam kondisi maksimalnya. Inilah potensi besar yang ada pada diri seorang pemuda, intelektualitas dan kekuatan fisik. Sehingga Ir. Soekarno pada ungkapannya yang terkenal mengatakan, “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia”. Ungkapan tersebut secara eksplisit menyampaikan pesan bahwa pontensi yang dimiliki seorang pemuda begitu besar.

Menilik sejarah, tentu kita tidak akan kesulitan menemukan sosok atau sekelompok pemuda yang berperan besar bagi bangsa Indonesia. Sebut saja Jenderal Soedirman, Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia pertama yang dengan taktik gerilyannya bersama rakyat menjaga eksistensi Republik Indonesia saat agresi militer belanda II meski ibu kota Yogyakarta jatuh.

Atau Mohammad Hatta, yang karena intelektualitasnya beliau berkali-kali diasingkan oleh Belanda karena dianggap sebagai ancaman. Saat mengenyam pendidikan di Belanda, beliau aktif dalam organisasi Perhimpunan Indonesia (PI) dan mengarahkannya menjadi organisasi politik yang menuntut kemerdekaan penuh tanpa kompromi bagi Republik Indonesia. Begitu pula ketika di Partai Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru), bersama Sutan Sjahrir beliau aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui pemikiran-pemikirannya. Sehingga di kemudian hari, dengan intelektualitasnya beliau berhasil mewujudkan cita-cita bangsa yang juga menjadi cita-citanya: kemerdekaan Indonesia, dan sekaligus menjadi pahlawan proklamator Republik Indonesia.

Lalu di masa sekarang, bagaimana peran pemuda bagi Indonesia? meskipun penjajahan telah lama tiada, namun perjuangan itu tetap berlanjut, yakni perjuangan dalam menjaga dan mempertahankan kemerdekaan. Dengan intelektualitas serta kemampuan fisik yang dimilikinya, diharapkan pemuda dapat menjadi penegak nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sosial masyarakat dan menjadi pionir dalam pelaksanaannya. Peran pemuda juga penting dalam mengawal jalannya pemerintahan agar sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Sumber: Unplash-Jesus Rodriguez
Sumber: Unplash-Jesus Rodriguez

Dengan potensi dan peran tersebut, lalu bagaimana kondisi pemuda saat ini? jika kita amati, pemuda bangsa di era sekarang dihadapkan dengan permasalahan yang cukup kompleks, diantaranya adalah rendahnya literasi sebagai akibat dari mengonsumsi konten digital yang bersifat dangkal dan tidak mendidik secara berlebihan. Permasalahan selanjutnya adalah krisis moral, seperti hilangnya empati dan kepedulian sosial, sikap apatis terhadap ketidakadilan, pembullyan, bahkan krisis moral berat seperti penyalahgunaan narkoba, tindak asusila, dan pembunuhan. Semua hal tersebut tentu tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman serta ideologi bangsa. 

Sumber: Unplash-Luemen Rutkowski
Sumber: Unplash-Luemen Rutkowski

Selain faktor eksternal seperti pergaulan dan lingkungan sosial, faktor keluarga terutama orang tua juga berperan penting terhadap kesehatan moral seorang pemuda, utamanya para remaja. Dalam penelitiannya, Kartini Kartono mengungkapkan bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja adalah kurangnya kasih sayang dan tuntunan pendidikan dari orang tua untuk anak. Diketahui, banyak pemuda yang bermasalah berasal dari keluarga yang bermasalah juga, seperti kesalahan pada pola asuh atau kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya.

Untuk itu, hendaknya kita tidak hanya berfokus pada “pemuda” semata, namun juga memperhatikan “rumah” tempat pemuda itu tumbuh, yakni keluarga. Sehingga dapat terbentuk pemuda yang sehat secara rohani dan jasmani yang mampu menjadi penyongsong masa depan bangsa. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun