Mohon tunggu...
M. Hanif Dhakiri
M. Hanif Dhakiri Mohon Tunggu... Aktivis

Orang biasa yang berusaha menjadi luar biasa untuk orang lain dan bangsa. . . Wakil Ketua Komisi XI DPR RI dan Wakil Ketua Umum DPP PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) Periode 2024-2029. Pernah mengemban amanah sebagai Menteri Ketenagakerjaan RI Periode 2014-2019 dan Plt. Menteri Pemuda dan Olahraga RI (2019). Mantan Sekretaris Jenderal DPP PKB (2014-2019) dan Sekretaris Jenderal PB IKA-PMII ini (2013-2024) ini sekarang masih aktif sebagai Anggota Dewan Pertimbangan KADIN Indonesia (2024-2029). . . Live well, rule well, die well.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Buruh: Kelas yang Belum Selesai?

24 Mei 2025   20:08 Diperbarui: 25 Mei 2025   16:09 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Erik Olin Wright (1997) menambahkan bahwa kelas buruh bukan entitas homogen. Perbedaan keterampilan, status kerja, dan sektor membuat mereka berada dalam posisi kelas yang saling bertumpang tindih (contradictory class locations). Di Indonesia, buruh pabrik, buruh outsourcing, buruh digital, dan buruh informal menghadapi kondisi dan orientasi perjuangan yang berbeda.

Sementara itu, E. P. Thompson (1963), dalam The Making of the English Working Class, menekankan bahwa kelas sosial terbentuk bukan hanya oleh struktur, tetapi juga oleh pengalaman historis bersama. Buruh Indonesia masih membawa trauma represi politik era Orde Baru dan belum cukup mengalami fase historis kolektif yang bisa memicu bangkitnya kesadaran kelas secara luas.

Namun harapan tetap ada. Munculnya komunitas buruh kreatif, jaringan advokasi berbasis teknologi, serta gerakan buruh digital menunjukkan bahwa benih-benih kesadaran dan solidaritas sedang tumbuh, meskipun belum sepenuhnya matang.

Buruh sebagai Subjek Sejarah

Buruh Indonesia hari ini adalah kelas potensial yang belum menjadi kelas nyata dalam arti sosiologis dan politis. Mereka belum sepenuhnya menjadi kekuatan historis yang mampu membentuk agenda bangsa. Untuk itu, dibutuhkan lebih dari sekadar aksi tahunan. Yang diperlukan adalah konsolidasi organisasi, transformasi peran serikat buruh menjadi lokomotif perubahan struktural, serta partisipasi aktif dalam sistem politik dan legislasi ketenagakerjaan.

Indonesia tidak kekurangan buruh. Yang dibutuhkan adalah buruh yang sadar kelas, solid dalam perjuangan, dan berani mengambil peran sebagai subjek sejarah. Tanpa itu, buruh hanya akan terus menjadi aktor pinggiran dalam panggung besar ekonomi-politik nasional.***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun