Mohon tunggu...
Hanief Arief
Hanief Arief Mohon Tunggu... Relawan - NKRI Mandiri dan Berdaulat

Leaders grow, they are not made..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Toleransi Sosial

11 Januari 2016   15:07 Diperbarui: 11 Januari 2016   15:50 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

LATAR BELAKANG

Saat ini kita seperti sedang dihadapkan pada "krisis toleransi". Perbedaan yang seharusnya menjadi sumber kekuatan dan keragaman menjadi sumber masalah yang seringkali memicu konflik yang bisa berujung maut. Berbagai peristiwa konflik yang sering menghiasi layar kaca dan penyebabnya adalah perbedaan agama, pandangan dan keyakinan. Sebut saja konflik Tolikara di Papua yang terjadi beberapa waktu yang lalu. Walaupun banyak pihak beranggapan itu bukan konflik agama, namun fakta lapangan masyarakat dari kelompok agama tertentu saling bergesekan dengan agama lain. 

Sulit rasanya membayangkan, keragaman yang ada agar kita saling mengenal, memahami dan menghormati bisa berubah menjadi potensi konflik dan seringkali membawa keresahan di lapisan masyarakat, terutama dalam masyarakat lokal yang didominasi agama tertentu. Sungguh sangat disesali, Indonesia yang dibangun berlandaskan keragaman sebagai sumber kekuatan perlahan sepertinya berubah menjadi sumber persoalan.  

MEMBANGUN DIALOG ANTAR AGAMA 

Dalam Islam, keragaman diciptakan agar manusia bisa saling mengenal, memahami dan menghormati perbedaan. Sebagaimana QS. Al Hujurat 13 :

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal"

Dalam ayat ini jelas, keragaman itu dciptakan agar manusia saling mengenal dan yang membedakan hanya tingkat ketaqwaan di hadapan Alloh SWT. Berangkat dari ayat tersebut, jelas bahwa Islam memandang perbedaan itu sesuatu hal yang positif dan bukan merupakan masalah yang harus disikapi secara berlebihan, karena yang membedakan hanya tingkatan ketaqwaan manusia kepada TUHAN. 

Namun tentunya bicara toleransi bukan tanpa batas, ada batasannya dan itu juga sangat jelas, dalam surat Al-Kafirun 6 : 

"Untukmulah agamamu dan untukku agamaku"

Artinya dalam hal urusan ibadah tidak bisa dicampur aduk karena menyangkut persoalan keyakinan. Tentunya ayat tersebut cukup jelas batasan toleransi, yaitu toleransi dalam persoalan ibadah adalah urusan masing-masing. Sedangkan untuk urusan sosial sangat jelas dianjurkan untuk saling tolong menolong.  

Perlunya memperkuat dialog antar umat beragama, agar saling memahami posisi masing-masing dan batasan-batasannya sehingga tidak terjadi miskomunikasi pada tingkat akar rumput. Dialog antar umat beragama akan sangat efektif jika itu difasilitasi oleh pemerintah, sehingga perbedaan-perbedaan yang berkembang di akar rumput dapat segera diatasi sedini mungkin. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun