Mohon tunggu...
Handy Fernandy
Handy Fernandy Mohon Tunggu... Dosen - Pelaku Industri Kreatif

Dosen Teknik Informatika Universitas Nahdatul Ulama Indonesia (Unusia) Pengurus Yayasan Gerakan Indonesia Sadar Bencana (Graisena)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Partai Idaman, Partai tanpa Intervensi Asing-Aseng dan Beban Masa Lalu

23 Juli 2015   18:51 Diperbarui: 23 Juli 2015   18:51 1524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rhoma Irama mendirikan Partai Idaman (sumber gambar: tempo.co)

Akhirnya, pada Sabtu, 11 Juli 2015. Rhoma Irama benar-benar “mengoyang” dunia politik nasional. Setelah bertahun-tahun hanya menjadi jurkam dan di php-kan menjadi Presiden oleh sebuah partai, sang kesatria bergitar pun mendirikan partai yang diberi nama Partai Idaman, akronim dari Partai Islam Damai Aman.

Partai Idaman memiliki visi misi yang sungguh luhur, yakni ingin mengapus stigma negatif yang saat ini dicitrakan oleh islam saat ini. Partai Idaman adalah jawaban atas Islam yang rahmatan lil’alamin dan membangun Indonesia yang pancasilais. Sebuah hal yang dirindukan di Indonesia.

Pertanyaan pun muncul, dengan visi misi diatas, bisakah partai ini mampu menarik pemilih untuk memilih partai baru yang merupakan parpol islam ini?

Menurut saya, partai ini adalah jawaban dari apa yang digundahkan selama ini, banyak sekali peristiwa yang mencatut islam ke arah pengopinian publik yang buruk, baik di mata internasional maupun lokal. Islam dibawa-bawa oleh ISIS untuk membenarkan perbuatan mereka dalam membantai manusia dengan cara biadab di timur tengah, kasus pengusiran etnis rohingya karena dianggap sebagai teroris oleh negara asal mereka, hingga keadilan bagi warga sampang dan jamaah GKI Yasmin di negara kita yang menggiring opini bahwa islam sedang dalam keadaan darurat. Islam menjadi radikal,intoleran dan ditakuti keberadaanya.

Pada acara deklarasi, Rhoma Irama mengatakan bahwa pembentukan partai ini didasari kegelisahan dirinya terhadap citra Islam Indonesia yang negatif di kalangan Internasional. Ia ingin merubah pandangan internasional kepada Indonesia, khususnya Islam Indonesia yang penuh dengan toleransi dan tidak saling mengkafirkan satu sama lain.

Rhoma Irama pun berjanji tidak akan ada eksklusifitas dalam kepengurusan partai. Dia akan menempatkan kader non muslim dalam kepengurusan. Sebuah langkah yang perlu diapresiasi mengingat miskinnya kesempatan untuk minoritas dalam berpolitik di negeri ini.

Alhamdulilah, partai ini hadir sebagai jawaban. Berbekal misi perdamaian, islam yang menjadi rahmat bagi semua. Saya yakin dalam sekejap partai ini akan memiliki jumlah kader dan simpatisan yang banyak. Bayangkan, akhirnya kita memiliki partai yang ingin mengembalikan harkat dan martabat islam yang sesungguhnya, tidak perlu memakai label nusantara atau pun kearab-araban.

Partai idaman pun secara otomatis sebagai partai islam baru yang (masih) bersih dari praktik korupsi, sebab sudah banyak partai yang mengaku membawa nama islam, tetapi menjalani kegiatan yang diharamkan oleh agamanya, mulai dari korupsi haji dan korupsi sapi. Hal ini, seharusnya sebuah prestasi, sebab kita seharusnya malu dengan partai PKI yang merupakan partai terlalarang pun kadernya tak pernah tercatat sebagai pelaku korupsi. 

Soal pengalaman politik, Rhoma Irama lebih senior dibandingkan dengan capres yang bersaing pada pemilu 2014 lalu. Misalnya saja, pada tahun 1993, ketika Jokowi masih sibuk nonton konser band metal, sedangkan Prabowo masih merintis karir militernya, Rhoma Irama sudah terlebih dahulu terlibat politik dengan menduduki kursi di DPR.

Pun jika kita mau menghitung mundur, pesona Rhoma mendongkrak suara PPP pada masa-masa pemilu jaman Orba pada tahun 1977 yang membuat ia harus dicekal tampil di TVRI selama 11 tahun karena menolak menjadi jurkam partai pemerintah. Dalam hal ini, ia menunjukan sikapnya dalam menentang penguasa. Sebuah sikap yang menginspirasi pemuda untuk menumbangkan pemerintah Orba pada 2 dekade berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun