Mohon tunggu...
handrini
handrini Mohon Tunggu... Lainnya - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional

world are wide, but there's only small spot to make a mistake, Be wise, get grow, so can mature at the same time. be wise it's not easy eithout make wisely as a habit

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memoar Pierre Andreas Tendean

30 September 2019   09:55 Diperbarui: 30 September 2019   13:36 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mitzi dan Pierre saat masih kecil (doc:istimewa)

Namun, begitulah sosok Mitzi yang tangguh lagi penyayang. Mitzi dengan setia mendampingi Ibundanya di rumah sakit bersama Rooswidiati -- adik tersayang Pierre. 

Ketika Ibunda berpulang, keduanya pun memenuhi amahan Ibundanya, untuk menutupi jenazahnya dengan selimut yang biasa dipakai putra kesayangannya Pierre Andreas Tendean.

Bagi Ibu Rooswidiati, adik kandung Pierre Andreas Tendean dalam Buku Kunang-kunang Kebenaran di Langit Malam, menuliskan seksama dengan hati, untaian memori demi memori. 

Bagaimana kenangan yang tiada akan pernah dia lupakan bersama sang Kakak yang begitu mengasihi dan melindungi serta mendukungnya. 2 Juli 1965 -- dua bulan sebelum kematian kakak tersayangnya, keduanya saling berpandangan dalam waktu lama. 

Pierre, selaku kakak, waktu itu bertanya, apakah sudah siap untuk berumahtangga. Kemudian Pierre memberikan nasehat . Roos pun menangis di dada Pierre. Roos yang kala itu memutuskan menjadi mualaf, sementara keluarganya adalah umat kristiani yang taat pun menangis. 

Pierre pun berkata kepada suami Roos, Jusuf Razak, "Mas, aku titip adiiku dan tolong jaga dia." Duhai.... Alangkah penuh peyayang lagi melindungi sosok Pierre kepada adik satu-satunya itu. Bahkan, ketika adiknya akan menikah, Pierre memberikan sejumlah uang yang dibungkus Koran kepada Sang Ibu, "Mami, ini sumbangan saya untuk pernikahan Ross." 

Dan ketika dibuka didalamnya adalah uang dalam dollar yang jumlahnya sangat besar. Amboi.. alangkah bertanggungjawabnya Pierre sebagai kakak. Betapa hancur adik yang selama ini disayangi dan dikasihi serta dijaga segenap jiwa ketika mendengan kepergian Kakak tercinta yang dianiaya dan dibunuh dengan keji adalah satu memori hati yang tiada terperi.

Pierre saat mendampingi Roos adiknya di Pernikahan (doc:istimewa)
Pierre saat mendampingi Roos adiknya di Pernikahan (doc:istimewa)

Lantas bagaimanakah remuknya hati Rukmini, Gegap gempita dan bahagianya hati tatkala sang kekasih hati melamarnya 31 Juli 1965 kepada orangtuanya, ditemani seorang Jenderal Abdul Harris Nasution, mendadak luluh lantak -- berganti dengan kesedihan yang teramat dalam. 

Bahkan, sebagaimana dikisahkan Mitzi -- sang kekasih hatinya pun sempat melihat sebuah pavilion di Jalan Jambu yang konon dikontrakkan, sebab Pierre telah menyiapkan dengan matang pernikahannya yang rencananya akan dilaksanakan November 1965. 

Bahkan, masih menurut Mitzi, Pierre diam-diam mengerjakan pekerjaan sampingan sebagai buruh bangunan dan sopir traktor yang bertugas memeratakan tanah di Monas kala itu untuk dapat membeli televisi. Maklum, televisi di jaman itu adalah sebuah barang yang mewah.

Bagaimana patah hatinya hati seorang ayah, ketika putranya dianiaya dan dibunuh oleh mereka yang membuatnya cacat? Mungkin tak banyak yang tahu, kala bertugas sebagai dokter di Magelang, keluarga Pierre diserang dan dirampok oleh sisa-sisa gerombolan PKI Madiun yang lari ke Magelang di tahun 1948. Dokter Aurelius Lammert Tendean dibawa oleh gerombolan PKI sisa-sisa pemberontak Madiun kala itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun