Menelusuri jejak Filsafat Arab Islam: Warisan Intlektual yang Terlupakan
     Jika kita berbicara tentang filsafat pasti yang menjadi pokok bahsannya adalah para filsuf Yunani seperti Plato dan Aristoteles. Padahal tanpa disadari dunia islam khusunya bangsa Arab memiliki sejarah yang sangat panjang dan cukup menarik untuk di bahas, bahkan karya para filsuf arab bisa menjadi jembatan penghubung antara filasafat Yunani dan Eropa modern. Banyak yang mengatakan bahwa pemikiran pemikiran filsafat Yunani yang masuk dalam pemikiran Islam, diakui telah mendorong perkembangan filsafat Islam menjadi lebih pesat. Meski demikian ungakpan tersebut kurang tepat, seperti yang ditulis oleh Oliver Leaman ( 1.950M ), seorang orientalis asal Universitas Kentucky, USA, adalah suatu kesalahan besar jika menganggap bahwa filsafat islam bermula dari penerjemahan teks Yunani tersebut, ada beberpa hal yang harus di perhatikan. Pertama, bahwa belajar atau berguru tidak mesti meniru dan mengikuti semata. Seseorang berhak mengambil gagasan orang lain tapi itu semua tidak menghalanginya untuk menampilkan gagasan atau pemikiranya sendiri. Oleh karena itu pada tulisan kali ini akan membahas tentang Sejarah filsafat Arab Islam agar dapat diketahui bagaimana asal mula filsafat Arab Islam.
 Jika dilihat dari urgensi mempelajari atau mendalami filsafat Arab Islam masih sangat relevan sekali untuk di pelajari, apalagi sebagai mahasiswa Bahasa Dan Sastra Arab hal ini sangatlah penting untuk di pelajari, kita tidak bisa hanya mengagumi keindahan Bahasa dan sastranya tanpa mengetahui bahwa dibalik itu semua terdapat tradisi filsafat yang mengintegrasikan antara wahyu dan akal, antara ilmu agama dan rasional. Maka sudah saatnya kita kembali untuk menelaah lebih dalam tentang Sejarah Filsafat Islam, bukan sebagai warisan masa lalu yang mati, tapi sebagai sumber daya intlektual yang bisa kita hidupkan kembali.
A. Akar Sejarah filsafat Arab-islam
Meski kata filsafat berasal dari bahasa Yunani bukan berarti hanya bangsaYunani saja yang berfilsafat. Beberapa peradaban kuno di belahan dunia juga telah mengembangkan berbagai pemikiran -pemikiran falsafi, salah statunya di Arab, meski sejarah dari munculnya filsafat Arab Islam tidak terlepas dari penerjemaham filsafat Yunani, namun disini terjadi perkembangan yang dimana para filsuf islam mengembangkan dan menuangkan gagasan mereka sehingga munculah filsafat islam. Filsafat Arab-Islam mulai berkembang pesat pada abad ke-8 seiring dengan gerakan penerjemahan besar besaran di Baitu Al- Hikmah (Rumah Kebijaksanaan), yang berada di bagdad, disana para filsuf Islam menerjemahkan secara besar besaran karya Aristoteles dan Plato ke dalam bahsa Arab, dari sinilah muncul filsuf muslim yang tidak hanya menerjemahkan tapi mengembangkan dan menuangkan gagasan mereka secara mandiri. Sebut saja, Al-Kindi, Ibnu Sina, Al-Gazali, dan Ibnu Rusdy, mereka bukan sekedar ahli agama tapi juga seorang filsuf yang berusaha menyatukan antara wahyu Islam dengan filsafat rasional. Dari Sejarah munculnya filsafat Arab-Islam bisa dikatakan bahwa para filsuf Islam tidak semata mata menjiplak apa yang ada di karya filsafat Yunani tapi para filsuf Islam juga menuangkan gagasan mereka kedalamnya sehingga di perolehnya keseimbangan antara wahyu dan pemikiran filsafat islam. Para filsuf Islam juga mengembangkan apa yang ada di karya filasafat Yunani sehingga di dalamnya tidak hanya membahas tentang pemikiran Yunani saja tapi, juga ada nilai ke Islaman di dalamnya, sehingga bisa dikatakan bahwa filsafat juga menjadi warisan dari Islam.
B. Para filsuf Islam dan Gagasanya
1. AL-KINDI (185-252 H/ 801-866 M)
Dari suku Kays di Kindah (Yaman) lahirlah Abu Yusuf Ya'kub bin Ishaq Ash-Sabbah bin Imran bin Ismai'il bin Asy'ats bin Qays Al-Kindi. Ia lahir di Kufah tahun 185 H (801 M). Ayahnya Ishaq Ash-Shabbah, seorang gubernur  Kuffah pada masa pemerintahan Al-Mahdi dan Harun Al-Rasyid. (Yunasril Ali, 1991: 27).  Al-Kindy adalah filsuf Arab pertama yang berusaha menjembatani filsafat Yunani dengan ajaran Islam, ia beranggapan bahwa filsafat adalah jalan menuju kebenaran dan tidak sama sekali bertentangan dengan wahyu. Al-KIindy juga mengemukakan pemikirannya tentang ketruhunan, di sini Al-Kindy berfilsafat tenteang ketuhanan, ia membuktikan keesaan Tuhan dengan mengatakan bahwa ia bukan benda (huyula, mddah), bukan form (hrash), tidak mempunyai kualitas, tidak berhubungan dengan yang lain (idlfah), misalnya sebagai ayah atau anak, tidak bisa disifati dengan apa yang ada dalam pikiran, bukan genus, bukan differentia (fals), bukan proprium (khssah), bukan Accident ('aradl), tidak bertubuh, tidak bergerak. Karenanya, maka Tuhan adalah keesaan belaka, tidak ada lain kecuali keesaaan itu semata. (Hanafi, 1990: 77-78). Jadi kesimpulanya adala bahwa tuhan adalah sebab pertama, di mana wujudnya bukan sebab dari yang lain. Dalam kitab Fi'al-Falsafah al Ula dan juga dalam kitab Fi Wahdaniyyati L-lahi Watanahi Fijirmil-'Alam Al-Kindi telah membahas tentang adanya Allah, sifat dan dzat-Nya. Sebagai filsuf islam pertama Al-Kindy telah mengemukakan sejumlah dalil tentang adanya Allah yang umumnya didasarkan pada pengamatan empiris terhadap kenyataan-kenyataan indrawi.
2. AL-FARABI (258-339 H/872-950 M)
Beliau adalah orang Turki, lahir di desa Wasij dekat daerah Farab, Transoxiana pada tahun 258 H. Nama aslinya adalah Abu Nasr Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin Uzlag Al-Farabi, yang dikenal dengan Avennoser. Bapaknya seorang perwira tentara dari Parsi sedang ibunya berasal dari Turkistan. Al-Faraby din juluki sebagai guru ke dua setelah Aristoteles, keahlianya di bidang logika. Al-Farabi telah membicarakan berbagai sistem logika sehingga mudah dipahami, iapun telah dapat menjelaskannya dengan baik dan mensistematisirnya dengan teratur, dengan demikian logika itu bertambah mudah dimengerti (Yunasril Ali, 1991: 40). Aliran filsafat yang banyak berpengaruh pada pemikiran beliau adalah Filsafat Plato, Aristoteles dan Neo Platonisme, Sebelum membicarakan tentang hakekat Tuhan dan sifat-sifat-Nya, Al-Farabi terlebih dahulu membagi wujud yang ada kepada dua bagian :
- Wujud yang Mumkin atau wujud yang nyata karena lainny Seperti wujud cahaya yang tidak ada, kalau sekiranya tidak ada matahari. Cahaya itu sendiri menurut tabiatnya bisa wujud dan bisa tidak berwujud. Atau dengan kata lain, cahaya adalah wujud yang mumkin. Akan tetapi karena matahari telah wujud, maka cahaya tersebut menjadi wujud yang nyata (wajib) karena matahari. Wujud yang mumkin tersebut menjadi bukti adanya Sebab Yang Pertama (Tuhan).
- Wujud Yang Nyata dengan sendirinya wujud ini adalah wujud yang tabiatnya itu sendiri menghendaki wujud-Nya, yaitu wujud yang apabila diperkirakan tidak ada, maka akan timbul kemustahilan sama sekali. Kalau Ia tidah ada, maka yang lain pun tidak akan ada sama sekali. Ia adalah Sebab Yang Pertama bagi semua wujud. Wujud Yang Wajib tersebut dinamakan Tuhan (Allah). Jadi pemikiran Al-Faraby dalam ranah filsafata adalah bahwa ia membahas tentang wujud dari Tuhan. Sifat-sifat  Tuhan yang digambarkan oleh Al-Farabi adalah Tuhan yang jauh dari makhluk-Nya dan Ia tidak dapat dicapai kecuali dengan jalan renungan dan amalan serta pengalaman-pengalaman (pengalaman batin).