Belakangan ini, tidak sedikit orang-orang khususnya anak muda Gen Z yang tertarik melakukan investasi. Sebenarnya, ini menandakan hal yang baik. Ini berarti orang-orang sudah mulai melek dengan keuanga mereka daripada menggunakannya untuk hal yang kurang berfaedah.
Di satu sisi, saat ini juga bermunculan para influencer yang membranding dirinya di media sosial sebagai seorang investor. Adapun instrumen investasi yang mereka pilih, yaitu pada crypto dan trading saham.Â
Ini adalah langkah yang baik untuk mengenalkan anak muda dengan jenis instrumen investasi yang menjanjikan dengan hasil yang maksimal. Cara ini ternyata aampuh untuk meningkatkan ketertarikan anak muda untuk berinvestasi pada instrumen tersebut.
Hal ini juga diperkuat dengan data yang diperoleh dari indonesiacrypto.network dan cryptonews.com bahwa di Indonesia, lebih dari 60% investor kripto berusia 18-30 tahun dengan 26,9% di antaranya berada dalam rentang usia 18-24 tahun (Generasi Z inti), menunjukkan keterlibatan generasi muda yang kuat di tengah proyeksi basis pengguna sebesar 28,65 juta pada tahun 2025.
Untuk saham, lebih dari 50% investor baru berusia di bawah 30 tahun, dipengaruhi oleh platform teknologi dan media sosial, meskipun keputusan tersebut didorong oleh FOMO (Fear of Missing Out).
Hal yang menjadi permasalahannya adalah kuatnya akan keinginan karea tergiur akan hasil yang maksimal yang ditunjukkan oleh influencer tapa menydarai risiko yang dihadapi. Faktanya, volatilitas yang tinggi membuat banyak yang justru kehilangan modal. Tentu saja, modal yang akan menjadi taruhannya apalagi jika seseorang tersebut masih belum memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut data dari Chainalysis, adopsi kripto di Asia Pasifik tumbuh 69% tahun-ke-tahun hingga Juni 2025, tapi ini disertai risiko tinggi seperti rug pull dan pump-and-dump yang merugikan banyak orang.
Maka dari itu, di sinilah emas hadir sebagai instrumen yang lebih stabil dan dapat diakses oleh semua kalangan khususnya oleh Gen Z yang masih pemula dalam berinvestasi, dengan melalui inovasi dari Pegadaian yang membantu mengEMASkan Indonesia.
Masalah yang Dihadapi Investor Saat Ini
Pergerakan harga kripto memang ekstrem. Ambil contoh Bitcoin: volatilitas tahunannya mencapai sekitar 40% pada September 2025, turun dari level lebih tinggi di masa lalu, tapi masih jauh lebih berisiko dibanding aset tradisional.
Menurut laporan dari Oanda, kripto seperti Monero bahkan melonjak 110% dalam setengah pertama 2025, tapi ini sering diikuti penurunan tajam. Di sisi saham, volatilitas pasar saham global juga meningkat, terutama dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi pasca-pandemi dan gejolak geopolitik.