Mohon tunggu...
Hana Tri Desvina Putri
Hana Tri Desvina Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa Geografi FISIP ULM

hobi saya mendengarkan musik, dance, membaca, dan menonton drakor

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

UMKM Klepon Banjar: Menjaga Cita Rasa Tradisional di Tengah Arus Modernisasi

16 Oktober 2025   22:08 Diperbarui: 16 Oktober 2025   22:08 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Salah satu jajanan khas yang tetap menjadi favorit masyarakat hingga kini adalah klepon. Camilan mungil berbentuk bulat ini terbuat dari tepung ketan dengan isian gula merah cair yang manis dan dibalut parutan kelapa yang gurih. Di balik kesederhanaannya, klepon menyimpan nilai budaya dan ekonomi yang tinggi, terutama bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kota Banjarmasin.

Peran UMKM dalam Perekonomian Lokal

UMKM menjadi salah satu pilar utama penggerak ekonomi nasional sekaligus sarana pemberdayaan masyarakat di berbagai daerah. Berdasarkan data dari penelitian Jikrillah, Ziyad, dan Stiadi (2021), UMKM menyumbang 60,3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan menyerap sekitar 97% tenaga kerja nasional. Di Kota Banjarmasin sendiri, tercatat lebih dari 49.000 unit UMKM yang aktif di berbagai sektor, termasuk industri kuliner tradisional khas Banjar. Kehadiran UMKM kuliner tradisional seperti klepon memiliki nilai strategis, karena selain memperkuat ketahanan ekonomi lokal, juga melestarikan identitas budaya masyarakat. Namun, tantangan modernisasi dan perubahan gaya hidup menuntut pelaku UMKM untuk lebih kreatif dan inovatif agar tetap relevan di pasar yang semakin kompetitif.

 Profil dan Strategi Usaha Klepon Khas Banjar

Salah satu pelaku UMKM yang masih setia menjaga cita rasa klepon tradisional adalah Ibu Sahria, warga Kelurahan Kertak Baru Ulu, Kecamatan Banjarmasin Tengah. Usahanya telah berjalan lebih dari enam tahun dan termasuk kategori usaha mikro yang dikelola berbasis keluarga dengan jumlah tenaga kerja 1--3 orang. Dalam pengelolaan usahanya, Ibu Sahria lebih menekankan pada kualitas rasa dan keaslian bahan. Ia tetap mempertahankan resep tradisional dengan gula merah asli serta tekstur klepon yang kenyal. Meskipun belum memiliki perencanaan usaha tertulis, beliau melakukan pencatatan sederhana terhadap pengeluaran dan hasil penjualan. Bentuk inovasi yang dilakukan memang masih terbatas, terutama pada aspek pemasaran dan distribusi. Klepon dijual di pasar tradisional dan juga menerima pesanan untuk acara seperti pengajian dan hajatan. Namun, rendahnya tingkat inovasi produk menjadi tantangan tersendiri untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

Inovasi Produk dan Peningkatan Daya Saing

Penelitian menunjukkan bahwa inovasi dapat menjadi kunci keberlanjutan UMKM. Menurut Nugroho dan Murtini (2017), klepon dapat dikembangkan menjadi produk yang lebih sehat dan menarik dengan memanfaatkan bahan lokal seperti tepung kacang hijau atau ubi jalar ungu. Inovasi semacam ini tidak hanya memperkaya cita rasa, tetapi juga meningkatkan nilai gizi dan daya tarik visual klepon. Konsep inovasi ini kemudian menginspirasi ide pengembangan produk "Kelepon Banua: Inovasi Rasa Tradisi dari Kalimantan Selatan", dengan varian rasa modern seperti ubi Negara, tiramisu, keju, dan cokelat. Inovasi rasa dan kemasan modern seperti ini menjadi langkah strategis agar jajanan tradisional dapat bersaing dengan kuliner kekinian tanpa kehilangan identitas budaya Banjar. Selain inovasi produk, pelaku UMKM juga perlu mengoptimalkan pemasaran digital melalui media sosial agar jangkauan konsumennya semakin luas. Di era digital, promosi online terbukti efektif memperkenalkan produk lokal kepada generasi muda dan pasar global.

 

Dampak Sosial dan Harapan Pengembangan

Usaha klepon yang dijalankan oleh Ibu Sahria membawa manfaat sosial bagi masyarakat sekitar, mulai dari membuka lapangan kerja kecil hingga menjaga eksistensi jajanan tradisional. Namun, aspek pengelolaan lingkungan masih perlu diperhatikan, terutama dalam hal pengurangan sampah plastik dan pengelolaan limbah produksi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa UMKM klepon di Banjarmasin memiliki potensi besar untuk berkembang jika mendapat dukungan pelatihan inovasi, manajemen usaha, dan pemasaran digital dari pemerintah maupun lembaga pendidikan. Pendampingan semacam ini akan membantu pelaku usaha kecil untuk meningkatkan daya saing tanpa meninggalkan akar tradisionalnya.

Klepon bukan sekadar makanan manis, tetapi simbol dari ketekunan, kreativitas, dan identitas budaya Banjar. Di tengah arus modernisasi, upaya pelestarian dan inovasi oleh pelaku UMKM menjadi bukti bahwa tradisi bisa terus hidup, beradaptasi, dan bahkan menjadi peluang ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat lokal.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun