Kapan anak boleh memegang gadgetnya sendiri? Kominfo RI menyarankan di usia 13 tahun. Namun karena pandemi Covid-19, mau tidak mau anak menjadi dekat dengan gadget. Orangtua perlu mengendalikan pemakaian gadget bagi anak. Supaya tidak kecanduan.
Bagaimana cara mengaturnya?
Untuk mengetahui kesadaran masyarakat terhadap pengaturan gadget bagi anak di masa pandemi, saya melakukan sampling sederhana.Â
Saya mewawancarai 10 orang perempuan di Desa Kalibagor, Kecamatan Kalibagor, Banyumas, Jawa Tengah. Wawancara dilakukan periode Agustus-September 2020. Desa ini dipilih karena memiliki pemanfaatan internet yang baik bagi masyarakat desa.
Setiap orang saya beri pertanyaan yang sama. Yakni bagaimana cara Anda mengatur pemakaian gadget bagi anak di rumah saat pembelajaran jarak jauh (PJJ)? Jawabannya beragam.
Dari 10 orang responden, diketahui ada lima orang yang memberlakukan pengaturan gadget bagi anak. Sedangkan lima orang lainnya mengaku tidak membuat aturan di rumah, alias bebas saja.
Saya berpandangan, pengaturan pemakaian gadget diperlukan. Beberapa hal yang diatur adalah lamanya memakai gadget, jenis aplikasi yang diakses anak, dan tempat mengakses gadget. Bisa juga ditambah dengan penegasan supaya anak membagikan kode atau pin akses gadgetnya.
Dari 5 perempuan yang saya temui, masing-masing memiliki caranya sendiri melakukan pembatasan. Kelimanya saya tulis di bawah ini :
1. Melarang anak menggunakan gadget selepas solat mahrib hingga pagi hari.
2. Menasihati agar tidak terlalu lama menggunakan gadget dan memastikan mengakses gadget untuk tujuan pembelajaran.
3. Dilarang meminjam gadget orangtua sebelum semua tugas sekolah harian selesai dikerjakan. Bila bermain game online pada gadget dibatasi jam bermainnya.
4. Mengatur waktu pemakaian gadget misalnya jam tidur siang dan saat jam ibadah solat. Serta orangtua meminta anak menyebutkan kode PIN akses gadget.
5. Adanya larangan menggunakan gadget saat sedang bersama orangtua.
Peran Orangtua
Pengaturan tersebut diberlakukan karena orangtua merasa khawatir akan imbas negatif dari pemakaian gadget. Kekhawatiran yang dirasa para ibu adalah anak menjadi kecanduan game online, malas, dan lupa waktu. Responden yang ditemui mengatakan, pembatasan aturan tersebut bisa berjalan dengan dukungan dan peran orang tua.
Peran yang dimaksud menurut saya adalah figur orangtua menjadi teladan terkait pemakaian gadget. Misalnya, ketika melarang anak menggunakan gadget saat jam ibadah, maka tentunya orangtua harus memberikan keteladanan.Â
Contoh lain, misalnya menciptakan quality time keluarga dengan mematikan gadget saat waktu bersama. Tidak kalah penting adalah mengajarkan etika berinternet kepada anak. Misalnya meminta izin ketika menggunakan gadget orangtua serta didampingi ketika anak berinternet.
Mari jaga anak-anak kita dari pengaruh buruk internet. (*)