Mohon tunggu...
Hana Naibaho
Hana Naibaho Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bukti Keramahan Masyarakat Jogja

12 Januari 2018   08:20 Diperbarui: 12 Januari 2018   08:45 1416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kota Gede ke Tama Budaya

Siapa sih yang tidak kenal sama Jogja ? Kota yang terkenal akan adat budayanya, keramahan masyarakatnya, suasananya, buat saya susah lupa dan selalu ingin kembali ke Yogyakarta atau sering disebut juga dengan Jogja. Salah satu daerah istimewa yang dimiliki oleh Indonesia. 

Bermula dari sebuah komunitas travelling yang mengadakan permainan Amazing Race,dimana masing-masing kelompok yang terdiri dari 10orang dibekali dengan uang Rp.30.000dan diberikan daftar tempat yang harus berhasil dikunjungi dengan uang yang diberikan, saat itulah saya merasakan pengalaman berharga tentang keramahan warga Jogja.

Uang yang dberikan tak akan cukup jika kami gunakan untuk transportasi umum, maka kami pun menggunakan modal 'jempol' untuk mencari tumpangan menuju tempat yang sudah ditentukan oleh panitia. Beruntungnya saya, saya mendapatkan tumpangan dari mas pengendara motor dari Kota Gede ke lampu merah terdekat. Ternyata, tidak hanya diberikan tumpangan, mas tersebut bersedia mengantarkan saya sampai ke tempat yang harus dituju. Petunjuk yang diberikan oleh panitia hanya sebatas gambar bangunannya, maka dari itu kami pun harus menebak, tempat atau bangunan apa itu. 

Kami mengira tempat kedua yang kami tuju adalah Taman Budaya. Maka mas yang bersedia mengantar saya tadi mengantar saya ke Taman Budaya. Diperjalanansaya bertanya pada mas tersebut, 'mas memang mau ke daerah Taman Budaya juga?' ,  lalu  mas tersebut menjawab 'tidak mba. Saya hanya ingin berbuat baik. Berbuat tidak ada salahnya kan mba?'.

Seketika hati saya terenyuh. 'Ya ampun, baik sekali mas ini.' ucap saya dalah hati. Sesampainya di Taman Budaya, saya pun turun dari motor mas tadi dan mengucapkan terimakasih. Setelah itu dia pun menjawab 'mba, tolong doain saya ya' , dengan sigap saya pun meng-iya kan permintaan mas tersebut. Entah apa yang sedang dia alami, saya hanya berdoa semoga dia mendapatkan yang terbaik, dimampukan, dan disanggupkan Tuhan untuk melewati semuanya dengan baik.

Oke. tidak sampai disitu saya keramahan masyarakat Jogja. Ternyata saya salah tempat. Tempat kedua bukan Taman Budaya, melainkan Alun-alun (saya lupa pastinya selatan atau utara). Karena salah tempat, akhirnya saya harus mencari tumpangan untuk menuju ke Alun-alun dari Taman Budaya. Modal jempol lagi. Ada yang jutek ? ada. Ada yang melihat sinis? ada kok. Tapi ada juga yang mau menolong saya. Setelah lama berdiri dibawah teriknya matahari, sambil mengulurkan jempol meminta tumpangan, akhirnya usaha dan penantian berbuah manis. 

'Mba mau kemana?' tanya salah seorang pria yang menaiki sepeda motor. 'saya mau ke Alun-alun pak. Bapak lewat sana tidak?' tanya saya memelas. 'Saya antar ini dulu kedepan sebentar, nanti saya kesini lagi, saya anterin mba' kata Bapak itu. 'Baik pak. saya tunggu disini',jawab saya bahagia. Setelah menunggu sekitara 10menit, sang bapak tadi tak kunjung datang. Saya membuat dengan diri saya, kalau sampai 5menit lagi beliau tak datang, saya kana mencari tumpangan lain. 

Tak sampai 5menit,beliau sampai ditempat saya menunggu dan memanggil saya untuk ikut bersamanya. 'Mba, saya antar barang ini dulu ke pasar sama sambil helm ya ' kata si bapak. 'oke pak' jawab saya. Ternyata saya baru sadar, dibelakang saya berdiri tadi adalah bagian belakangnya Pasar Bringharjo. Sessampianya di pasar, si bapak memarkirkan motornya dan menyuruh saya menunggu di parkiran. Saya pun didatangi oleh seorang pria berbadan besar dan berotot layaknya binaragawan.

 Tatonya pun penuh menghiasi badannya yang kekar itu. Duh, agak seram sih, tapi setelah dia mengajak saya berbicara dan bercanda,dia tak seseram yang saya bayangkan. Tak lama kemudian si bapak yang memberikan tumpangan itu tadi datang dan memberikan saya helm untuk dipakai. Ya, Jogja adalah kota yang tertib lalu lintas. 

Akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan dengan pesan dari pria bertato tadi, 'ga usah takut mba. jangan lupa helm-nya dipakai ya mba. Dia adek saya kok', kata pria bertato menunjuk si bapak yang akan mengantarkan saya.

Akhirnya saya sampai di Alun-alun dan bertemu dengan kelompok saya. Terharu merasakan kebaikan semua orang yang saya tak kenal, yang membantu saya. Itulah kenapa saya menyebut ke  Jogja itu adalah 'pulang' . Terimakasih masyarakat Jogja...

Taman Budaya ke Alun-alun
Taman Budaya ke Alun-alun

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun