Mohon tunggu...
Hana Ayu Wijaya
Hana Ayu Wijaya Mohon Tunggu... Hana Ayu Wijaya – Mahasiswi S2 Magister Ilmu Komunikasi Interstudi, aktivis sosial, dan mantan calon anggota legislatif 2024. Pemerhati isu kemanusiaan dan komunikasi publik.

gemar menulis opini, membaca literatur sosial-politik, dan melakukan kegiatan kemanusiaan di lapangan. dikenal sebagai pribadi yang komunikatif, empatik, dan visioner. Di sela aktivitas akademik dan sosialnya, saya juga menikmati travelling dan mengabadikan cerita inspiratif dari masyarakat yang saya temui.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Program Makan Bergizi Gratis, Investasi untuk Generasi Masa Depan

9 Oktober 2025   07:10 Diperbarui: 8 Oktober 2025   16:31 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di balik setiap keberhasilan bangsa, selalu ada generasi yang tumbuh sehat dan berdaya. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) hadir sebagai upaya nyata pemerintah dalam membangun pondasi masa depan Indonesia. Program ini bukan sekedar memberikan makanan gratis kepada anak-anak sekolah, tetapi merupakan investasi jangka panjang dalam kualitas sumber daya manusia. Sebab, masa depan bangsa tidak hanya ditentukan oleh pembangunan infrastruktur, melainkan juga oleh kecerdasan dan kesehatan generasi.

Selama bertahun-tahun, kesenjangan gizi masih menjadi tantangan besar bagi Indonesia. Banyak anak berangkat ke sekolah tanpa sarapan bergizi, menyebabkan rendahnya konsentrasi belajar dan menurunnya produktivitas. Program Makan Bergizi Gratis mencoba menjawab persoalan tersebut dengan pendekatan sistematis: memberikan makanan bergizi seimbang bagi peserta didik di seluruh wilayah Indonesia.

Namun, manfaat program makan bergizi gratis jauh melampaui aspek kesehatan. Secara ekonomi, program ini mendorong per putaran ekonomi lokal. ketika sekolah bekerja sama dengan petani, nelayan, peternak, dan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) setempat untuk penyediaan bahan pangan, maka terbentuk rantai pasok baru yang melibatkan semua pihak. Uang negara yang beredar di desa akan kembali menjadi tenaga bagi masyarakat. Inilah wujud konkret dari ekonomi gotong royong - dari desa untuk masa depan bangsa.

Lebih jauh, Program Makan Bergizi Gratis adalah strategi pembangunan manusia jangka panjang. Anak yang sehat dan bergizi cukup akan tumbuh dengan daya pikir lebih tajam, memiliki semangat belajar lebih tinggi, dan berpotensi besar menjadi tenaga produktif di masa depan. ini selaras dengan visi Indonesia Emas 2045, di mana bonus demografi hanya akan bernilai jika diiringi kualitas manusia yang unggul.

Namun, kesuksesan program ini tidak bisa dilepaskan dari tiga faktor kunci: komitmen pemerintah, partisipasi masyarakat, dan integritas pelaksana di lapangan. Tanpa sinergi ketiganya, program sebaik apa pun berisiko hanya menjadi slogan.

Program Makan Bergizi Gratis adalah investasi jangka panjang yang nilainya jauh melebihi nominal anggaran yang dikeluarkan. ia adalah langkah konkret untuk menekan gagal tumbuh pada anak, memperkuat ketahanan pangan, dan menyiapkan generasi penerus yang sehat jasmani dan rohani. Ketika setiap anak mendapatkan hak gizi yang layak, maka masa depan bangsa pun menjadi lebih pasti.

Sudah saatnya kita melihat Program Makan Bergizi Gratis bukan sebagai "bantuan"semata, tetapi sebagai strategi besar membangun kualitas bangsa. Generasi emas tidak lahir dari kemewahan, tetapi dari perhatian tulus terhadap kebutuhan dasar : gizi, pendidikan, dan kesempatan yang adil.

Dengan kolaborasi antara pemerintah, dunia pendidikan, dan masyarakat, program makan bergizi gratis dapat menjadi simbol perubahan. "Bahwa masa depan Indonesia sedang kita bangun hari ini, satu piring bergizi, satu anak, satu harapan".

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun