Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Film

Resensi Berebut Rizki, Ketika Niat Baik Dibayangi Tujuan Lain

5 Februari 2019   15:08 Diperbarui: 5 Februari 2019   15:31 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tentangsinopsis.com

Kemarin malam saya melihat iklan di sebuah stasiun televisi swasta tentang film lokal dalam naungan Sinema Wajah Indonesia berjudul 'Berebut Rizki.' Waktu itu sebenarnya saya hanya mendengar. Makanya saya kira tema yang diambil adalah cinta segitiga.

Meski tayang jam 23.00, saya tetap memutuskan untuk menonton, karena saya pun biasa tidur malam. Hal tersebut terang saja meluruskan dugaan awal saya tentang tema yang diangkat.

Saya kira (lagi) film 'Berebut Rizki' adalah film bioskop yang akhirnya ditayangkan di televisi. Rupanya, saya salah. Produk seni peran tersebut baru pertama kali disebarkan ke masyarakat. Waktu itu saya agak ketinggalan, sehingga tidak mengetahui kredit di bagian pembuka.

Film dibuka dengan adegan seorang anak perempuan yang sedang mencari berkas di lemari kamar. Di sana ada pula ayahnya. Dikisahkan bahwa mereka baru pindahan ke kontrakan baru.

Peran sang ayah tidak lama di film itu. Dia diceritakan meninggal akibat sakit. Saat sang anak menatap nisan orang tercintanya tersebut, tertulis di sana wafat tahun 2019. Hal itu sontak memberi tahu saya bahwa ini produk anyar. Saya pun mencari sinopsisnya di internet. Baru diunggah 11 jam yang lalu.

Sepeninggal sang ayah, Pak Haji alias pemilik kontrakan berinisiatif untuk mencarikan Rizki orangtua angkat. Awalnya, ada lima kandidat, tetapi mengerucut menjadi tiga. 

Mereka adalah tukang siomay, Pak RT yang berprofesi sebagai pengemudi taksi daring, dan calon legislatif sebuah partai. Dari ketiga kandidat itu, siapakah yang akan dipilih Rizki? Mengingat mereka sama-sama ingin mengadopsi, hanya saja motifnya berbeda-beda.

Film ini ringan dan sangat memenuhi unsur realita di masyarakat. Tidak akan spesial kalau karakternya tidak kuat serta belokan-belokan cerita. Semuanya terpenuhi di sini, demi mendapatkan nilai-nilai penting yang bisa dijadikan panutan. 

Peran Pak Haji yang tampaknya sebagai penengah, justru terasa menjadi sentral di sini. Bagaimana dia meluruskan pola pikir masyarakat tentang mengambil sebuah keputusan besar. Pun bagaimana kita ingin berbuat kebaikan dengan niat setulus-tulusnya.

Sementara itu, Rizki si tokoh utama digambarkan sebagai anak perempuan tomboy yang akan masuk bangku SMA. Karakternya yang independen sedikit membuat saya kesal. Namun, orang-orang seperti dia sangat cocok kalau dihadirkan ke kehidupan tiga kandidat tersebut, agar membuka mata mereka bahwa jika ingin mendapatkan hasil maksimal dalam sebuah usaha, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. 

Film 'Berebut Rizki' adalah film sosial yang kental dengan bumbu komedi dan drama. Unsur-unsur tersebut mampu membuat penonton betah menyaksikannya, karena emosi terasa tertata dengan baik. Konflik pun cenderung padat, meski menggunakan premis sederhana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun