Mohon tunggu...
Hamzah Palalloi
Hamzah Palalloi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

masih belajar menulis, masih belajar membaca dan masih belajar memberi makna. senang rasanya jika berbagi dengan orang lain. banyak berdomisili di jakarta, tetapi bermukim di Kota Baubau-Sulawesi Tenggara..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Semangat Baru di UTA-45 Jakarta. Saya Menawar Rindu!

7 Desember 2014   12:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:52 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_381121" align="aligncenter" width="658" caption="Suasana kegiatan mahasiswa UTA-45 Jakarta. (foto : koleksi UTA)"][/caption]

GENAP dua semester saya mengabdikan diri sebagai pengajar di kampus Universitas 17 Agustus 1945 di kawasan Sunter-Jakarta Utara. Itu juga berarti jika kini saya tak perlu sungkan untuk menyebut diri sebagai ‘dosen’, meski statusnya sebagai dosen tidak tetap dan diberi ‘jasa’ berdasarkan beban ‘sks’ yang diberikan otoritas kampus.

Apapun itu, saya menikmati ‘dunia baru’ ini. Saya bergembira dan amat berbangga atas kepercayaan itu, setidaknya otak saya yang terkuras selama menempuh pendidikan sebagai kandidat doktor Ilmu Komunikasi mendapat ‘ruang besar’ menumpahkannya kepada adik-adik mahasiswa di kampus yang kini lebih trendy di sebut UTA-45 itu.

Terbayang, gimana rasanya belajar terus menerus dan tak ada ruang untuk berbagi, seolah mengisi gelas dengan air tanpa batas, tumpah kemana-mana dan tak berarti. Mungkin ini yang disebut sebagai keseimbangan hidup, dan mungkin ini pula makna dari kalimat dari para bijak yang mengatakan, ilmu takkan memiliki manfaat apa-apa, jika tidak bisa berbagi dengan orang lain. Apalagi saya teramat percaya dengan sebuah sugesti kehidupan, bahwa mereka yang kaya, adalah mereka yang gemar berbagi.

[caption id="attachment_381122" align="aligncenter" width="692" caption="salah satu Gedung utama UTA-45 tampak dari kejauhan (foto koleksi UTA)"]

14179056361143371365
14179056361143371365
[/caption]

Dulu, seantero nusantara mengenal kampus ini dengan label ‘Untag’. Entah kapan dimulainya perubahan nama itu, apa maksudnya? Saya kurang paham, namun pada umumnya perubahan nama selalu mengarah pada perbaikan di segala sektor, seperti yang selama setahun ini saya merasakannya.

Dalam amatan sebagai seorang mantan jurnalis, sebagai penggiat kehumasan, dan sebagai orang yang banyak melibatkan diri di organisasi ‘nasionalis’, UTA-45 adalah kampus harapan masa depan negeri ini, itu tampak dari managemen yang terus membaik, system kurikulum yang bersesuaian dengan dunia kerja, dan didukung oleh tenaga-tenaga pendidik profesional alumni dalam dan luar negeri.

Tak salah, jika anak-anak negeri ini yang tersebar di daerah-daerah untuk menimba ilmu di kampus ini. Paling tidak karakteristik ‘merah putih’ yang menjadi branding kampus ini, seolah mentasbihkan diri jika mereka yang terdidik di sini, tidak sekedar cerdas ilmu, tetapi mereka akan memiliki bekal sebagai generasi yang ditopang oleh semangat kebangsaan. Itu diskusi singkat saya dengan Pak Widodo, dekan FISIP UTA-45, seorang yang saya nilai sebagai sosok yang selalu bersemangat memompa ‘kenerja’ para dosennya. Juga hasil diskusi dengan beberapa prodi yang masih muda belia dan penuh talenta. Saya bangga mengenal mereka, dan bangga bekerja sama dengannya.

Mungkin saya buta dengan ‘masa silam’ kampus ini, dan tak perlu tahu dengan apa yang pernah terjadi di masa lalu, sebab dunia saya, adalah masa kini dan masa depan. Masa untuk membangun anak-anak bangsa menjadi lebih baik, lebih berkarakter, dan tak sekedar cerdas dalam pengetahuan tetapi cerdas dalam memaknai keberadaan dirinya, keberadaan orang lain dan lingkungannya.

[caption id="attachment_381124" align="aligncenter" width="663" caption="penulis (menggunakan batik-berkacamata) berpose bersama dengan para pimpinan UTA-45 Jakarta dan beberapa dosen dalam kegiatan penulis sebagai reviewer penelitian di kampus ini (Koleksi UTA) "]

1417905768747383672
1417905768747383672
[/caption]

Bagi saya, kampus UTA-45 adalah semangat baru, karenanya saya selalu menawar rindu di kampus ini, menawar harapan agar kelak banyak generasi bangsa berkualitas, berbudi pekerti  yang baik terlahir dari rahim kampus ini. Ya, setidaknya dari lingkungan saya sebagai tenaga pengajar di prodi Ilmu Komunikasi. Target saya sederhana, ingin agar kualitas gelar ‘doktor’ ilmu komunikasi yang melekat pada diri saya nanti, benar-benar bermanfaat bagi anak-anak negeri ini. Sebab setinggi apapun gelar akademik seseorang, takkan bernilai apa-apa jika tidak bermanfaat bagi orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun