Mengapa Orang Indonesia Tetap tidak mau Beli Apartemen, Walaupun Harga Rumah Tapak Sudah Makin Tidak Terjangkau? Yuk Pahami
Pernah nggak sih mikir, kenapa harga rumah tapak di Indonesia udah selangit, tapi banyak orang masih ogah-ogahan beli apartemen? Padahal, apartemen sering disebut solusi praktis buat yang pengen punya tempat tinggal di tengah kota. Nah, yuk kita bahas bareng-bareng!
Pertama, mentalitas "harus punya tanah". Bagi kebanyakan orang Indonesia, punya rumah tapak itu kayak investasi turun-temurun. Tanah dianggap aset yang nggak bakal hilang, beda sama apartemen yang cuma "hak guna bangunan". Jadi, meski harganya mahal, rumah tapak tetap jadi pilihan utama.
Kedua, keterbatasan ruang dan privasi. Apartemen identik dengan ruang sempit dan tetangga yang berisik. Buat yang udah terbiasa hidup di rumah tapak dengan halaman luas, pindah ke apartemen bisa bikin sesak napas. Belum lagi aturan-aturan ketat dari pengelola yang bikin nggak bebas.
Ketiga, biaya tambahan yang bikin pusing. Iya, apartemen emang terlihat lebih murah di awal, tapi jangan lupa sama biaya maintenance, listrik, air, dan iuran bulanan yang bisa bikin kantong jebol. Belum lagi kalau ada masalah sama tetangga atau fasilitas umum yang rusak.
Terakhir, faktor budaya dan kebiasaan. Orang Indonesia itu suka banget sama suasana rumah yang tenang, jauh dari keramaian. Apartemen, apalagi yang di tengah kota, sering dianggap terlalu ramai dan nggak nyaman buat keluarga.
Jadi, meski harga rumah tapak udah gila-gilaan, apartemen masih belum bisa jadi pilihan utama. Tapi, siapa tahu suatu hari nanti mindset ini berubah? Yuk, diskusi di kolom komentar!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI