Mohon tunggu...
Hamsina Halisi 1453
Hamsina Halisi 1453 Mohon Tunggu... Penulis - Nama lengkap Hamsina Halisi, lahir di Ambon 10 September 1986. Saat ini aktif disalah satu organisasi di Indonesia dan komunitas sebagai aktivis dakwah. Selain itu sedang menggeluti dunia kepenulisan.

Menulis adalah cara untuk merubah peradaban dan mengikat ilmu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Palestina Butuh Khilafah, Bukan Gencatan Senjata

3 Juni 2021   22:56 Diperbarui: 3 Juni 2021   23:25 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah berhari-hari Palestina di bombardir oleh serangan roket Israel begitu pun sebaliknya, tepat pada jumat (21/05/2021) dini hari solusi untuk mengatasi pertempuran kedua negara tersebut ditandai dengan aksi gencatan senjata tepat di jalur Gaza.

Gencatan senjata yang ditengahi Mesir mulai berlaku pada Jumat (21/05/2021) dini hari setelah 11 hari pemboman Israel tanpa henti di daerah kantong yang dikepung dan ribuan roket diluncurkan ke Israel oleh Hamas. Gencatan senjata ini pun disambut baik oleh dunia Islam seperti Sudan dan Uni Emirat Arab.

Sudan menyambut baik deklarasi gencatan senjata antara Israel dan Palestina. Dikutip dari Reuters, Kementerian Luar Negeri Sudan juga mengapresiasi upaya Mesir, regional, dan internasional untuk mencapai kesepakatan ini.(Kumparan.com,22/05/21)

Sementara Uni Emirat Arab (UEA) siap memfasilitasi perdamaian Palestina dan Israel, seusai keduanya sepakati gencatan senjata. Kantor berita negara UEA, Minggu 23/5/2021) melaporkan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohamed Bin Zayed Al-Nayhan siap mewujudkan perdamaian. (Serambinews.com,23/05/21)

Sayang, kesepakatan gencatan senjata Palestina-Israel justru ditandai dengan penghianatan Israel. Alih-alih saat muslim palestina tengah menikmati kemenangan yang tak berumur 24 jam itu justru di warnai dengan tembakan membabi buta oleh tentara Israel di kawasan mesjid Al Aqsa.

Hal ini kemudian mempertanyakan posisi para pemimpin dunia Islam yang mendukung gencatan senjata Palestina-Israel yang justru tidak sepenuhnya melibatkan diri dalam permasalahan kedua negara tersebut. Padahal jika saja para pemimpin dunia Islam ini begitu peduli dengan muslim Palestina, bisa saja mereka mengirimkan militer mereka untuk melawan agresi militer Israel.

Sayang, normalisasi hubungan diplomatik negeri-negeri kaum muslim dengan militer yang memumpuni bersama negeri kapitalis dan penjajahan Barat membuat para pemimpin dunia Islam tak berkutik bak bersembunyi dibalik ketiak penguasa kapitalis. Maka tak heran kaum muslim saat ini semakin dirundung diberbagai belahan dunia tanpa adanya bantuan serta ketegasan dari para pemimpin dunia Islam terhadap penjajahan Barat.

Apa yang bisa kita harapkan saat ini untuk membebaskan Palestina dari jajahan zionist Israel maupun negeri-negeri muslim lainnya seperti Rohingya, Kazakhstan, Afganistan dan lainnya dari jajahan Barat selain Khilafah. Seperti yang sudah kita saksikan bahwa demokrasi kapitalisme tidak mampu melindungi umat Islam dari kekejaman jajahan Barat.

Belum lagi adanya sekat-sekat nasionalisme yang menjadikan umat Islam tercerai-berai. Paham ini pula yang menjadikan para pemimpin muslim enggan bertindak tegas terhadap musuh-musuh Islam disamping adanya normalisasi hubungan diplomatik.

Oleh karena itu, hanya khilafahlah yang menjadi benteng terakhir umat Islam yang menjadi junnah dalam melindungi setiap kehormatan dan kemuliaan kaum muslim. Khilafah tidak akan membiarkan setetes darah kaum muslim ditumpahkan oleh musuh-musuh Islam.

Maka, saat ini kita membutuhkan figur seorang pemimpin yang tegas melawan musuh-musuh Islam bukan pemimpin yang hanya berani melakukan gertak sambal, berkoar-koar dibawah ketiak penguasa kapitalis. Pemimpin yang diharapkan umat Islam saat ini adalah dia yang mampu melawan, membela dan melindungi umat Islam dari segala bentuk jajahan yang sampai menghilangkan nyawa. Rasulullah saw bersabda:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun